Memprediksi Tren Kurban Tahun 2021
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pekurban yang kurban secara langsung di masjid atau kampung tahun lalu mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. Namun, sebaliknya jumlah pekurban yang berkurban melalui lembaga meningkat cukup signifikan.
Koordinator Kelompok Zoonosis Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Kementerian Pertanian, Tjahjani Widiastuti, mengatakan, jumlah pekurban tahun 2020 dibanding tahun 2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2020 sudah terjadi pandemi Covid-19, sehingga terjadi penurunan jumlah pekurban sekitar 10 persen.
"Adapun tahun 2021 diperkirakan dengan belum adanya recovery ekonomi, kemudian masih ada pandemi Covid-19, ditambah dengan PPKM Darurat, maka diperkirakan akan terjadi penurunan kembali (jumlah pekurban) sebanyak 10 persen," kata Tjahjani saat Virtual Talk Show bertema Branding Produk Kurban: Meningkatkan Nilai dan Kualitas Produk Kurban Untuk Kemakmuran Umat, Selasa (13/7).
Ia menerangkan alasan mengapa jumlah pekurban diprediksi akan mengalami penurunan di tahun ini. Karena tahun 2020, dampak pandemi Covid-19 hanya terasa di kota-kota saja. Sementara di desa dampaknya masih sangat sedikit atau jarang. Di tahun 2021 agak sedikit berbeda karena adanya varian-varian baru Covid-19 yang muncul dan menyebar di mana-mana.
Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Majidi, menyampaikan, jumlah pekurban tahun 2020 lebih banyak dari tahun 2019. Jumlah pekurban dari tahun 2019 ke 2020 itu ada peningkatan 50,66 persen.
"Dari 22.300 hewan kurban pada tahun 2019, kita bisa memotong 42.126 hewan kurban setara domba-kambing tahun 2020," ujarnya.
Nasyith menduga, efek pandemi Covid-19 tahun 2020 mungkin belum dirasakan separah saat ini. Jadi mungkin tabungan para pekurban yang sudah disiapkan tahun sebelumnya masih bisa dikeluarkan.
Ia mengungkapkan, sejujurnya di tahun 2021 belum bisa membuat prediksi yang terlalu optimis. Karena sekarang kemampuan daya beli orang-orang berkurang. Makro ekonomi juga turun drastis, pasti efeknya mempengaruhi jumlah pekurban.
"Kalau tahun 2021 (jumlah pekurban) masih sama seperti tahun 2020, itu sudah merupakan prestasi yang begitu bagus, karena makro ekonomi kita sangat tidak mendukung," jelas Nasyith.
CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, menyampaikan hal serupa. ia menjelaskan, pekurban yang melaksanakan kurban langsung atau kurban secara luring mengalami penurunan tahun 2020. Tapi kurban melalui lembaga meningkat.
"Yang menarik (kurban) melalui lembaga naik, jadi kalau shohibul kurban langsung mengalami penurunan, tapi cara menunaikan kurbannya melalui lembaga naik (di tahun 2020 dari tahun 2019)," ujarnya.
Ia menerangkan, tahun 2019 banyak orang berdonasi langsung dan berdonasi ke kampungnya. Di tahun 2020 ada pandemi Covid-19, tapi mereka tetap ingin berkurban. Akhirnya mereka memilih metode berkurban secara daring melalui lembaga.
"Bagaimana dengan Rumah Zakat, kurban tahun 2020 dibanding 2019 mengalami pertumbuhan di angka 45 persen. Jadi ini anomali, di sisi lain ekonomi turun, kemampuan daya beli masyarakat turun, tapi donasi terus naik termasuk di dalamnya adalah kurban mengalami kenaikan 45 persen," jelas Nur.
Nur juga menjelaskan dampak pandemi Covid-19 terhadap sikap berdarma. Berdasarkan hasil survei pendapatan masyarakat menurun tapi perilaku berdarma meningkat. Sepertinya pandemi ini memotivasi umat untuk lebih banyak bersedekah.
"Hasil survei teman-teman LazisMu tahun 2020, pendapatan masyarakat menurun hingga sampai 70 persen tetapi perilaku berdarma masyarakat meningkat bahkan sebanyak 79,7 persen, responden masih rutin berdarma di tengah-tengah pandemi Covid-19." ujarnya.
Nur menambahkan, beberapa bulan yang lalu di rilis The World Giving Index mengatakan Indonesia adalah negara yang paling dermawan. Hari ini membuat Indonesia kuat dan tangguh. Masyarakat Indonesia memiliki budaya dan nilai bahwa masyarakatnya empati, gotong royong dan dermawan.