Sidebar

Sosok: Abdul Abdul Karim Oei (Bagian Kedua)

Thursday, 15 Jul 2021 07:30 WIB
Jamaah Masjid Lautze 2 Bandung menjalankan ibadah shalat Jumat di masjid, Jl Tamblong, Bandung, Jumat (16/10). Setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar pertama di Kota Bandung dibuka kembali masjid ini kembali melayani shalat Jumat dengan menerapkan protokol kesehatan.Selain ibadah rutin, masjid ini memberikan bimbingan rutin kepada mualaf yang kebanyakan berasal dari etnis tionghoa.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum merantau, Haji Abdul Karim Oei mendapatkan didikan agama Khonghucu ataupun Kristen. Namun, ia merasa masih ingin melakukan pencarian spiritual.

Baca Juga


Karena itu, ia membaca banyak buku dan majalah tentang Islam. Agama ini dianut mayoritas kawannya sehingga menarik perhatiannya.

Sewaktu di Padang, dirinya sudah mendengar banyak stigma tentang Islam dan para pemeluknya. Umat Islam disebut-sebut sebagai orang-orang yang terbelakang dan pemalas.

Akan tetapi, adanya stereotip demikian malah membangkitkan rasa ingin tahunya untuk benar-benar mengenal agama ini. Pada 1926 atau ketika usianya 20 tahun, Oei memutuskan untuk menjadi Muslim. Kala itu, amat jarang terjadi seorang Tionghoa memeluk Islam.

Pada mulanya, ia sempat cemas kalau sampai ayah dan saudara-saudaranya mengeta hui kabar keislamannya. Namun, pikirannya mulai tenang ketika seorang ustaz bernama Abdul Kadir mengajarkan kepadanya hakikat keberagaman, seperti termaktub dalam Alquran surah al-Hujurat ayat 13.

 

Berita terkait

Berita Lainnya