FK Uhamka Ajak Kenali Bahaya Penyakit Jantung Bawaan

Masyarakat perlu waspada terhadap penyakit jantung pada anak.

Dok Uhamka
Fakultas Kedokteran Uhamka menggelar webinar tentang pentingnya mengenali pemyakit jantung pada anak, Sabtu (24/7).
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, Program Studi Diploma Teknik Kardiovaskuler (TKV) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (FK Uhamka) menggelar kegiatan pengabdian masyakat bertajuk “Kenali Penyakit Jantung Bawaan Sejak Dini”, Sabtu (24/7). Kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama TKV FK Uhamka dengan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Jakarta Timur. 


Ketua Program Studi Diploma Teknik Kardiovaskuler FK Uhamka sekaligus ketua tim pengabdian, dr Rizka A Putranti MMed Ed, mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap penyakit. Bukan hanya pada Covid-19, melainkan juga terhadap gejala penyakit jantung, termasuk penyakit jantung pada anak. 

Menurut dia, kesulitan berobat ke RS di masa pandemi membuat masyarakat perlu tahu bagaimana cara preventif terhadap penyakit jantung pada anak. “Karena rasa takut untuk pergi berobat ke rumah sakit selama PPKM, membuat perlu adanya upaya promotif dan preventif terhadap penyakit jantung bawaan pada anak,” ungkapnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Dosen FK Uhamka yang hadir sebagai narasumber, dr Sidhi Laksono SpJP (K) FIHA, menuturkan, penyakit jantung bawaan (PJB) yang didapatkan anak sejak lahir, kebanyakan disebabkan oleh faktor genetik atau kesalahan pada proses pembentukan janinnya. Misalnya, dia menjelaskan, pada ibu hamil yang menderita rubella atau tokso atau pemakaian obat-obat tertentu selama hamil. 

Sidhi pun menjelaskan tanda dan gejala penyakit jantung bawaan. “PJB dapat berupa biru (sianotik) dan tidak biru (asianotik). Manisfetasi klinisnya ini bervariasi, mulai dari ada gejala ringan sampai terjadi gagal jantung. Tanda dan gejala yang biasanya diketahui dengan anak malas untuk minum/menyusu, rengekannya tidak begitu kuat, infeksi saluran napas berulang, dan bunyi detak jantung terlalu cepat dan bising,” ujarnya.

Sementara itu, kata dia, pada anak usia sekolah, gejalanya mereka malas bergerak, di sekolah malas olahraga, dan sering ISPA berulang. “Tata laksana yang akan diberikan oleh dokter umumnya intervensi nonbedah bisa berupa pemberian obat medikamentosa dan intervensi bedah,” ujarnya. 

dr Sidhi Laksono juga menuturkan, beberapa tindakan yang harus dilakukan jika seorang anak dicurigai PJB di antaranya dengan menghangatkan bayi dengan dibedong, memberikan oksigen tambahan, memberikan cairan ASI yang cukup, dan menghindari stres pada anak. “Dan terakhir segera dibawa ke rumah sakit dengan memosisikan bayi dalam kondisi jongkok jika ada gejala sesak dan makin biru,” katanya.

Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Rawamangun, Endang Pudyastuti, mengungkapkan senang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Uhamka dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan dihadiri oleh 48 peserta. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.  Peserta tampak sangat antusias mengikuti tanya jawab interaktif dengan narasumber.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler