Pengungsi Rohingya Wafat Akibat Banjir di Kamp Bangladesh
IHRAM.CO.ID, COX'S BAZAR – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan hujan monsun lebat memicu tanah longsor dan banjir bandang di kamp-kamp pengungsi yang menggusur ribuan Muslim Rohingya di Bangladesh tenggara pekan ini.
Sedikitnya enam pengungsi Rohingya, termasuk tiga anak-anak, meninggal dalam tanah longsor dan banjir.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 21 ribu pengungsi telah dipengaruhi banjir, sementara hampir 4.000 tempat penampungan rusak atau hancur. Lebih dari 13 ribu orang terpaksa pindah di kamp-kamp, sementara ribuan fasilitas rusak, termasuk klinik kesehatan dan toilet. Akses terhambat karena rusaknya jalan, jalur dan jembatan.
Kemungkinan besar banjir akan semakin parah. "Hujan lebat diperkirakan akan terjadi selama beberapa hari ke depan, dan dengan demikian, tantangan kemungkinan akan meningkat," kata Wakil Kepala Misi di Bangladesh untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB, Manuel Marques Pereira.
Hampir satu juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak di distrik perbatasan Cox's Bazar yang merupakan pemukiman pengungsi terbesar di dunia.
Para pengungsi kebanyakan tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan lembaran plastik yang menempel di bukit-bukit terjal dan gundul.
Tayangan TV menunjukkan rumah-rumah yang terendam banjir dan air berlumpur mengalir menuruni tangga dan lereng bukit. Anak-anak bermain di air setinggi dada.
"Ini seperti mimpi buruk. Saya belum pernah melihat banjir seperti itu di kamp-kamp dalam empat tahun," kata pengungsi Rohingya bernama Rokeya Begum.
Rokeya menjelaskan detik-detik saat banjir mulai merendam wilayah tersebut. Dia mengatakan ketika air datang, tidak ada seorang pun dari keluarganya di rumah untuk membantu.
"Saya sendirian tetapi saya bisa membawa barang-barang saya ke tempat yang lebih aman. Sekarang saya tinggal dengan keluarga orang lain," ujarnya.
Banyak dari pengungsi masih belum pulih dari kebakaran besar yang mengoyak kamp pada Maret. Salah satunya mengatakan tanah longsor dan banjir meninggalkan rumah benar-benar tertutup lumpur.
"Entah bagaimana anggota keluarga saya bisa mengungsi. Lumpur yang turun dari bukit masuk ke rumah saya... Semua barang-barang kami di dalamnya tertutup lumpur," kata Abu Siddique, yang tinggal di kamp pengungsi Balukhali.