Kapankah Ibadah yang Kita Lakukan Cacat Meski Sah?

Ibadah haruslah disandarkan kepada Allah SWT semata

ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Ibadah haruslah disandarkan kepada Allah SWT semata. Ilustrasi ibadah
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, – Umat Islam yang beribadah kepada Allah SWT karena sesuatu, bukan ikhlas karena-Nya adalah mereka yang belum menghayati perintah Allah yang tertuang dalam sifat-sifat-Nya.

Baca Juga


Jika umat Islam tidak ikhlas beribadah kepada Allah, maka amal ibadahnya menjadi cacat.

Hal tersebut dijelaskan Ibnu Athaillah As Sakandari dalam karyanya yang berjudul Al-Hikam. Ibnu Atha’illah berkata: 

من عبده لشيء يرجوه منه أو ليدفع بطا عته ورود العقوبة عنه فما قام بحق أوصا فه “Siapa yang beribadah karena mengharap sesuatu dari Allah atau untuk menghindari hukuman-Nya berarti belum menunaikan hak-hak sifat-Nya.”

Dalam syarahnya di kitab al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa ibadahnya menjadi cacat seperti itu dikarenaka  ia mengharap pahala dari Allah atau menghindari hukuman yang akan dijatuhkan-Nya di hari Akhir. Di sini, ia hanya ingin mendapat keuntungan pribadinya, berupa pahala atau terbebas dari siksa.

Lain halnya jika ia beribadah kepada Allah untuk mengagungkan dan memuliakan-Nya, serta menunaikan sifat-sifat terpuji-Nya yang tak seorang pun menandinginya. Saat itu, berarti ia telah melaksanakan hak sifat-sifat-Nya.

Menurut Syekh Abdullah, Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Daud AS, “Orang yang paling Kucintai ialah yang menyembah-Ku tanpa keinginan apa-apa, tetapi hanya ingin menunaikan hak-hak rububiyah-Ku.”

Dalam hadits juga disebutkan, “Janganlah seseorang dari kalian menjadi seperti hamba yang buruk; jika takut barulah ia bekerja. Jangan pula menjadi seperti seorang pekerja yang buruk; jika tidak diberi upah, tidak mau bekerja.” 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler