Sadaka Taşıl, Tradisi Kebaikan Ottoman yang Lestari
IHRAM.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan Traveller.
KPK berharap Kemensos terus memperbaiki kualitas DTKS hingga tuntas dan mempertahankan akurasi datanya dengan melakukan pengkinian berkala setiap bulan. KPK juga mendorong ke depan agar mengoptimalkan penggunaan DTKS sebagai sumber data untuk semua program bantuan pemerintah yang dikhususkan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu.
"Banyak (kasus), sekarang lagi ditangani, ada yang ditangani Bareskrim maupun Kejaksaan Agung," imbuh Mensos, Tri Rismaharini, kepada KPK terkait perkembangan perbaikan data, Kemensos telah menghapus 52,5 juta data penerima bansos yang terdapat dalam DTKS. [Republika, 4/8].
Begitulah cerita yang selalu mengiringi bermacam bantuan untuk rakyat di negeri tercinta ini. Data tak tepat. Salah sasaran. Hingga kericuhan. Seakan lagu lama yang selalu berulang.
Rasanya miris kalau membandingkan dengan kejadian di beberapa negara saat ada pembagian bantuan kemanusiaan.
Seperti yang sempat viral saat terjadi tsunami di Jepang. Orang-orang bukannya berebut bantuan, tapi malah saling mendahulukan yang lainnya. “Di sini sudah menerima. Barangkali yang di sana belum.”
Unggahan itu menyentak nurani dunia. Di Jepang, bahkan saat terjadi bencana pun nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga.
Kisah serupa pernah dicontohkan oleh tiga sahabat mulia di perang Yarmuk. Ketiganya adalah Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Dalam kondisi kritis dan kehausan, Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat kondisi Ikrimah dalam tak lebih baik darinya. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya.
Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.
Allahu akbar!
*****
Berabad kemudian, kebaikan yang sama dilakukan masyarakat Utsmani (Ottoman) melalui batu amal yang disebut Sadaka Taşı.
Sadaka Taşı adalah batu/kotak berongga di beberapa sisinya. Bagian berongga itu digunakan untuk meletakkan uang atau barang. Baru/kotak ini diletakkan di pinggir jalan di pusat keramaian. Siapa saja boleh datang untuk meletakkan uang/barang atau mengambilnya.
Uang/barang sengaja diletakkan di dalam rongga untuk menjaga kehormatan mereka yang mengambilnya. Karena kalau dari kejauhan tidak akan terlihat sebenarnya ia sedang meletakkan barang atau justru mengambilnya.
Tradisi kebaikan masyarakat Utsmani masih berlanjut di abad modern ini. Di awal pandemi ada sebuah masjid di Istanbul yang mengubah rak penitipan sepatu menjadi supermarket gratis.
Masjid itu adalah Masjid Dedeman. Gerakan kebaikan ini diinisiasi oleh Imam Abdulsamet Cakir. Jamaah masjid boleh meletakkan sembako di rak itu atau mengambilnya bagi yang membutuhkan.
Menariknya, mereka yang mengambil pun tak serakah. Hanya mengambil secukupya, sesuai yang dibutuhkannya.
Tak ada berebut. Tak ada salah data. Tak ada mengambil yang bukan haknya. Mereka memperlihatkan indahnya wajah Islam yang sesungguhnya.
Hari ini adalah hari terakhir di bulan Dzulhijjah 1442 H. Mari merefleksi diri, kebaikan apa saja yang sudah kita lakukan sepanjang tahun ini?
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1443 H. Barakallahu lakum.