Muhamadiyah Gali Spirit Hijrah 1 Muharram dan HUT RI

Spirit hijrah 1 Muharram dan HUT RI digali Muhammadiyah.

istimewa
Muhamadiyah Gali Spirit Hijrah 1 Muharram dan HUT RI. Foto: Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pimpinan Pusat Muhammdiyah menggelar pengajian umum bertema "Spirit Hijrah Mewujudkan Cita-cita Kemerdekaan" pada Jum’at (13/8) malam. Tema ini diangkat karena bertepatan dengan dua momentum, yaitu Tahun Baru Hijriah dan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga


“Mengusung tema spirit hijrah mewujudkan cita-cita kemerdekaan itu karena ada dua momentum yang beririsan pada bulan ini, yaitu momentum lahirnya Tahun Baru Hijriah pada 10 Agustus kemarin. Kemudian, tentu peringatan 76 tahun kemerdekaan Indonesia yang sebenartar lagi akan kita peringati,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir dalam pidato pembukaannya, Jum’at (13/8).

Menurut dia, dua momentum ini berada dalam satu titik temu, nafas, dan jiwa yang sebenarnya suah bersenyawa sejak awal. Dalam dua momentum ini, menurut dia, PP Muhammadiyah juga menggali spirit hijrah dalam satu nafas yang sama.

“Kami juga menggali sipirit hijrah dalam satu nafas yang sama,” ucapnya.

Prof Haedar menjelaskan bahwa hijrah bukan hanya dimaknai sebagai perpindahan Nabi dari Makkah ke Madinah. Tapi, hijrah juga ada korelasi dengan jihad dan iman. Menurut dia, tiga hal ini sangat substansial dalam perjalanan secara Islam.

“Dan akhirnya dalam perjalanan jihad yang panjang itu, nabi membuahkan Al Madinah Al Munawarah, bangunan peradaban yang cerah mencerahkan. Dari situ kemudian Islam menyinari dunia,” kata Prof Haedar.

Di negera ini, menurut dia, hijrah dan jihad juga terwujud ketika kaum muslim dan bangsa Indonesia melawan penjajah dalam pergumulan yang begitu penuh duka dan derita. Namun, kata dia, semangat kaum muslimin dan bangsa Indonesia untuk merdeka tetap kokoh, kuat dan tidak pernah mati.

“Sampai kemudian lahir era baru pergerakan Islam modern bersama kebangkitan nasional, termasuk Muhammadiyah. Maka, di dalam perjuangan kemerdekaan itu ada spirit jihad untuk Indonesia merdeka, bukan jihad dalam makna yang sempit,” jelas Haedar.

“Karea itu juga perlu rekonstruksi makna jihad dalam konteks kekinian,” imbuhnya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler