China Desak Warganya di Afghanistan Berpakaian Islami
Taliban mempersilakan China berkontribusi pada pembangunan Afghanistan.
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kedutaan Besar China di Kabul pada Sabtu mendesak warganya yang ada di Afghanistan untuk secara ketat mematuhi kebiasaan Islam, termasuk aturan berpakaian dan makan di depan umum. Global Times melaporkan dalam imbauan yang dikeluarkan untuk semua warga negara China, kedutaan juga menyarankan mereka menjaga jarak dari Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul dan lokasi kacau lainnya.
Selama pertemuan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dengan delegasi Taliban di kota pelabuhan China utara Tianjin bulan lalu, dia berharap Afghanistan dapat mengadopsi kebijakan Islam moderat. Dilansir India Today, Ahad (22/8), pada Kamis, Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan China dipersilakan berkontribusi pada pembangunan kembali Afghanistan karena telah memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di negara itu.
“China adalah negara besar dengan ekonomi dan kapasitas yang besar. Saya pikir mereka dapat memainkan peran yang sangat besar dalam pembangunan kembali, rehabilitasi, rekonstruksi Afghanistan,” kata Suhail Shaheen kepada televisi CGTN yang berbasis di China dalam sebuah wawancara.
Tidak seperti Rusia dan Amerika Serikat, China yang semakin kuat mungkin dapat memanfaatkan fakta mereka tidak berperang di Afghanistan dalam berurusan dengan Taliban. Sebelumnya, Taliban mengambil alih negara itu pada Ahad pekan lalu ketika AS sedang menyelesaikan penarikan pasukan, diplomat, dan warga Afghanistan yang bekerja dengan koalisi selama 20 tahun terakhir.
Dalam aturan selama 1996-2001, Taliban mencegah anak perempuan pergi ke sekolah dan perempuan meninggalkan rumah mereka tanpa mengenakan penutup kepala. Setelah mereka berkuasa lagi, Taliban berjanji memberikan pendidikan bagi perempuan. Namun, para ahli dan aktivis tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi.