Facebook Larang Akun Muslim Bahas Taliban

Instagram juga menghapus unggahan mengenai Taliban di akun Muslim.

AP/Emrah Gurel
Facebook Larang Akun Muslim Bahas Taliban. Para migran berjalan di pedesaan di Tatvan, di Provinsi Bitlis, Turki timur, Rabu, 18 Agustus 2021. Turki prihatin dengan peningkatan migrasi melintasi perbatasan Turki-Iran saat warga Afghanistan melarikan diri dari serangan Taliban di negara mereka.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejak Taliban menjadi tren berita karena pengambilalihan Afghanistan, Facebook telah mengecam banyak akun yang menyebut tentang Taliban. Sebuah kelompok yang dianggap perusahaan media sosial tersebut sebagai organisasi teroris.

Baca Juga


Beberapa Muslim yang merasakan aturan Facebook tersebut adalah Roshan Muhammed Salih dan Dilly Hussain. Mereka menerima notifikasi pelanggaran dari Facebook karena hanya menyebut Taliban di postingan mereka. Facebook juga telah mengecam atau melarang banyak Muslim dan halaman lain untuk berbicara tentang kelompok tersebut. Padahal media arus utama tidak menghadapi penyensoran semacam itu.

Facebook mengatakan menandai Taliban sebagai kelompok teroris dan melarangnya dari platformnya seperti Instagram dan Whatsapp. Meskipun Departemen Luar Negeri AS sendiri tidak menandai Taliban Afghanistan sebagai organisasi teroris asing seperti halnya Taliban Pakistan. 

“Mereka tidak akan diizinkan saat mereka dilarang oleh hukum AS dan bahkan jika mereka tidak dilarang oleh AS, kami harus melakukan analisis kebijakan tentang apakah mereka tetap melanggar kebijakan organisasi berbahaya kami atau tidak,” kata wakil presiden kebijakan konten Facebook Monika Bickert kepada wartawan dilansir dari 5 Pillars, Ahad (22/8).

Penyensoran terhadap Muslim

Tidak hanya akun milik pribadi, akun komunitas seperti Islamify di Instagram yang memiliki 1,3 juta pengikut, mengatakan Instagram telah secara tidak adil mengecam kontennya dan memperingatkan akunnya dapat dihapus.

Baca juga : Ahmad Massoud: Kami Hadapi Soviet, Kami Bisa Lawan Taliban

 

“Postingan terakhir kami telah dihapus secara tidak adil oleh Instagram, dengan tuduhan palsu bahwa itu mempromosikan kekerasan dan organisasi berbahaya. Postingan yang dihapus berisi sumber konten dari platform berita utama dan tidak menunjukkan dukungan atau mempromosikan kekerasan atau segala bentuk terorisme. Ini bukan pertama kalinya Instagram menghapus konten kami, bulan lalu Instagram menghapus postingan tentang puasa di Hari Arafah,” kata Islamify.

Akun Muslim Daily dengan 520 ribu pengikut di Instagram juga telah dihapus. Padahal, menurut keterangan akun itu, merkea hanya membagikan berita tentang konflik di Gaza dan Afghanistan dari sudut pandang netral. 

“Selama perang Gaza dan serangan terhadap Al-Aqsa, kami menghapus lusinan posting yang sebenarnya tidak melanggar pedoman apa pun dan diancam dengan penghapusan akun.  Saya tidak memposting apa pun untuk mendukung tindakan Hamas, hanya memposting dari sudut pandang netral dan faktual, banyak hal yang kontennya sama dengan yang kita lihat di saluran berita arus utama,” jelas Muslim Daily.

“Saya juga membuat posting di Afghanistan (tidak ada grafik) dan berbicara tentang keheningan media tentang kejahatan perang pasukan Afghanistan, seperti pemboman rumah sakit dan klinik, dan pembunuhan warga sipil di kedua sisi. Sejak perang di Gaza, saya juga diblokir, ribuan pengikut saya mengirim pesan kepada saya untuk mengatakan ketika mereka mencari nama pengguna saya, akun itu tidak pernah muncul.  Sekarang akun tersebut telah dinonaktifkan,” tambahnya.

Jurnalis Muslim dan pakar Afghanistan Yvonne Ridley mengatakan dia terkejut menemukan halamannya disebut telah melanggar standar komunitas. “Saya mencentang kotak tidak setuju dan itu diinstal ulang lagi.  Artikel yang tampaknya menyinggung adalah esai 2.000 kata yang memeriksa posisi perempuan Afghanistan selama 45 tahun ketika menyangkut hak-hak perempuan, itu membuat bacaan yang suram tetapi bersumber dan berdasarkan statistik pemerintah. Saya pikir saya terbangun di Pyongyang!” ujarnya.

Baca juga : Joe Biden Pertimbangkan Sanksi untuk Taliban

“Saya telah membaca dan mendengar banyak tentang penyensoran semacam ini di jejaring sosial dan, sebenarnya, saya belum pernah memikirkannya sebelumnya, tetapi ketika itu terjadi pada Anda, Anda tiba-tiba menyadari perhatian dari 'Orang besar ' itu membingungkan. Jangan seperti saya dan duduk berpuas diri, dan tidak melakukan apa-apa sampai itu terjadi pada Anda,” tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler