Orang Tua di Meksiko Gugat Pemerintah untuk Vaksinasi Anak

Sebanyak 15 orang tua di Meksiko menangkan gugatan agar anaknya bisa divaksinasi.

EPA
Kaum muda menerima vaksin Covid-19 di kantor walikota Xochimilco di Kbu Kota Meksiko, Meksiko, 19 Agustus 2021. Mereka berpakaian seperti Pikachu, Batman, Winnie the Pooh, dan unicorn, di antara karakter lainnya, saat menerima vaksin Covid-19.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Ratusan orang tua di Meksiko City, Meksiko terpaksa mengajukan perintah pengadilan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 bagi anak-anak mereka. Langkah itu ditempuh setelah pemerintah menolak mempertimbangkan untuk memvaksinasi anak yang berusia di bawah 18 tahun.

Di negara-negara lain, vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak sudah berlangsung. Namun, pemerintah Meksiko meremehkan risiko penyakit infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) itu untuk anak di bawah umur.

Baca Juga


Padahal, Meksiko telah mencatat 60.928 kasus positif Covid-19di antara warganya yang berusia di bawah 18 tahun. Sementara itu, korban meninggal sudah 613.

Pengacara di negara bagian selatan Oaxaca, Alma Franco, adalah salah satu yang pertama memperjuangkan vaksinasi untuk anak-anaknya melalui banding konstitusional yang dikenal di Meksiko sebagai "amparos". Ia menempuh banding untuk meminta hakim agar membatalkan, membekukan, atau membalikkan tindakan pemerintah yang mungkin melanggar hak penggugat.

Franco memenangkan banding dan mendapatkan vaksin Covid-19 untuk putranya yang berusia 12 tahun. Ia lalu mengunggah salinan banding di media sosial agar orang tua lainnya dapat menyalin dan mengajukan gugatan sendiri.

Sebanyak 15 orang tua, termasuk Franco, telah memenangkan kasus tersebut seiring dengan desakan pemerintah agar sekolah kembali memberlakukan pembelajaran secara tatap muka pada Senin. Menurut Franco, sekitar 200 orang tua telah mengikuti jalannya untuk mencoba mendapatkan hak anaknya agar bisa divaksinasi.

Vaksinasi Covid-19 anak usia 12-17 tahun. - (Republika)



Sebuah penelitian baru di Inggris menunjukkan orang yang mendapat Covid-19 dari varian delta lebih bisa menular dan mungkin dirawat di rumah sakit daripada mereka yang tertular virus corona versi sebelumnya. Hal ini karena varian delta yang tersebar luas di sebagian besar dunia menyebar lebih mudah dibandingkan varian alpha.

Para peneliti dari Public Health England memeriksa lebih dari 40 ribu kasus Covid-19 yang terjadi antara Maret dan Mei, ketika varian delta mulai melonjak di Inggris untuk membandingkan tingkat rawat inap. Hasilnya mirip dengan temuan awal dari studi Skotlandia yang menyebut varian delta memicu lebih banyak rawat inap. Temuan ini diterbitkan Jumat di The Lancet Infectious Diseases.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler