FBI: Kebencian Anti-Muslim di AS Turun pada 2020

Data tersebut telah dikritik karena diduga tidak memperlihatkan jumlah sebenarnya.

AP/Shafkat Anowar
FBI: Kebencian Anti-Muslim di AS Turun pada 2020. Sejumlah umat Muslim melaksanakan shalat tarawih di Pusat Komunitas Muslim Chicago, AS.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Berdasarkan data yang dirilis FBI, jumlah kejahatan kebencian yang menargetkan Muslim di AS menurun lebih dari sepertiga pada 2020, yakni 180 insiden pada 2019 menjadi 104 kasus.

Baca Juga


Tahun 2020 merupakan tahun terakhir Presiden AS Donald Trump menjabat. Selama menjabat, Trump dituduh memicu kebencian anti-Muslim dengan retorika dan kebijakannya, seperti larangan masuk ke AS bagi warga dari beberapa negara mayoritas Muslim.

Menurut FBI, komunitas Yahudi adalah kelompok agama yang paling ditargetkan selama 2020 yang mewakili hampir 57 persen kejahatan rasial yang dimotivasi oleh bias agama. Setidaknya selama 2020, ada 676 kejahatan rasial yang dilaporkan. Angka itu turun dari 953 pada 2019.

“Kejahatan kebencian dan insiden terkait bias lainnya menimbulkan ketakutan di seluruh komunitas dan merusak prinsip-prinsip demokrasi kita. Semua orang harus hidup tanpa rasa takut diserang karena asal negaranya, penampilan, atau cara beribadah,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam sebuah pernyataan.

Data tersebut telah dikritik karena diduga tidak memperlihatkan jumlah sebenarnya. Bulan lalu, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) merilis laporannya tentang insiden bias anti-Muslim untuk paruh pertama 2021. Dari laporan tersebut tercatat lebih dari 500 insiden, termasuk kejahatan kebencian, gangguan, intimidasi sekolah, diskriminasi, kebencian, dan insiden anti-masjid.

Baca juga : Renovasi Masjid Yukhari Govharagha Hampir Selesai

Dilansir Middle East Eye, Rabu (1/9), Direktur Urusan Pemerintahan CAIR Robert McCaw mengatakan, jumlah sebenarnya dari kejahatan kebencian kemungkinan jauh lebih tinggi daripada data yang diberikan oleh FBI. Hal ini menunjukkan perlu adanya komunikasi dan koordinasi antarlembaga.

CAIR mendesak kongres dan pemerintahan Presiden Joe Biden meminta pemerintah federal mengkondisikan bantuan kepada lembaga penegak hukum setempat. Hal ini dilakukan agar mereka menyerahkan data reguler dan lengkap mengenai insiden kejahatan rasial yang menargetkan komunitas minoritas.

“Ini akan membantu secara dramatis meningkatkan jumlah lembaga penegak hukum yang melacak dan melaporkan data mengenai insiden ini yang merupakan langkah penting untuk memerangi gelombang kebencian dan kefanatikan yang meningkat,” kata McCaw dalam sebuah pernyataan.

https://www.middleeasteye.net/news/us-anti-muslim-hate-crimes-dropped-trump-last-year-office

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler