Ditemukan Bungker Pada Terowongan Kuno di Bogor
IHRAM.CO.ID, BOGOR— Sebuah bungker ditemukan pada temuan terowongan kuno, yang berada di bawah saluran air Jalan Nyi Raja Permas, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sayangnya, penggalian terowongan kuno peninggalan zaman kolonial Belanda tersebut harus dihentikan sementara karena para penggali dilanda sakit.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menyebutkan, terdapat enam orang dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor yang melakukan penggalian di saluran air tersebut. Karena keenam orang itu sakit, penggalian akan dihentikan untuk sementara waktu.
“Ada semacam bungker ternyata. Ini terus digali, tapi enam orang yang gali ini ternyata sakit. Jadi dihentikan dulu, dan kita sedang mencari yang ahlinya,” kata Bima Arya, Rabu (1/9).
Dia menjelaskan, saat ini keenam orang penggali itu sedang diperiksa oleh dokter. Apakah mereka mengalami sakit karena kekurangan oksigen di bawah tanah, atau karena hal lain.
Sebab, pada Sabtu (28/8), Bima Arya sempat masuk ke dalam gorong-gorong atau saluran air yang sama, untuk turut memeriksa temuan terowongan kuno tersebut. Dia pun menemukan jika kadar oksigen di bawah tidak memadai.
Sehingga, lanjut dia, ke depannya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan bekerjasama dengan pihak profesional, yang biasa menggali terowongan. Sehingga penggalian bisa dilanjutkan kembali dengan ahlinya.
“Saya minta bekerjasama dengan yang profesional, yang biasa menggali terowongan atau goa gitu. Kita akan gali lagi bukan penggali biasa,” ucapnya.
Selain bekerjasama dengan IPB University dan Universitas Pakuan Bogor, Bima Arya juga akan melibatkan arkeolog, sejarawan, dan teknisi yang paham terkait penggalian terowongan. Terutama untuk mendalami adanya temuan bungker yang bisa memuat orang dewasa berdiri di sana.
“Kita akan fokus ke situ. Nanti kita akan lihat sama-sama turun ke situ ya. Harus dilibatkan semua ini. Sejarawan, arkeolog, kemudian yang teknik yang ngerti, yang biasa menggali terowongan,” kata Bima Arya.
Dosen Program Studi Belanda Universitas Indonesia, Achmad Sunjayadi mengatakan, melihat sejarah Kota Bogor, dapat dikaitkan dengan keberadaan Istana Kepresidenan Bogor. Jika terowongan tersebut benar berfungsi sebagai bungker, bisa jadi bisa terhubung dengan wilayah Istana Bogor dan sekitarnya.
Lebih baik lagi, ujar dia, jika terdapat peta tata kota wilayah Bogor pada masa kolonial. Sehingga bisa diperkirakan apa fungsi dari terowongan tersebut.
“Kita lihat bagaimana sejarah Kota Bogor, kalau di masa kolonial itukan ada Istana Bogor, dan itu sempat menjadi tempat jenderal di sana. Mungkin perlu dikaitkan juga ke sana. Kalo misal itu bungker bukan saluran air, apakah nanti punya akses ke sana?” ucapnya.
Dia pun membenarkan langkah Bima Arya untuk melibatkan arkeolog. Sebab, dari situ bisa terlihat sejak tahun berapa bangunan kuno itu dibangun. Baik dari bebatuan, maupun material pembangunannya.
“Nanti dia bisa ini dari tahun berapa, abad ke-berapa bangunannya. Harus bersama arkeolog karena mereka yang tahu secara material. Mungkin dari tahun berapa batunya bisa dilihat. Karena belum lengkap keselurhhan juga kan baru beberapa bagian,” tuturnya.
Dia menambahkan, sebaiknya penggalian dilakukan oleh tim khusus, serta disediakan sarana-sarana khusus seperti tabung oksigen. Menurutnya, penelusuran temuan bangunan kuno ini jangan sampai mengorbankan nyawa.
“Kalau dikatakan oksigennya kurang, sebaiknya ya dibuat tim khusus dan dipersiapkan sarana dan oksigen khusus. Jangan sampai ketika masuk ke dalam, orangnya malah nggak keluar lagi. Karena kan kita nggak tahu itu sampai kemana terowongannya, arahnya itu,” ucapnya.
Salah seorang petugas pemeliharaan pada Dinas PUPR Kota Bogor, Roby mengaku merasa pengap ketika berada di salam gorong-gorong tersebut. Sehingga, penggalian dilakukan secara bergantian setiap 10 menit sekali.
Selain bergantian untuk menggali, lanjut Roby, dia dan teman-temannya bergantian untuk memegang senter dengan jangkauan maksimal 1 meter. Sebab, head lamp yang biasa digunakan tidak cukup terang untuk menjangkau galian di wilayah tersebut.
“Sekali masuk empat sampai enam orang, ganti-gantian, nggak pakai oksigen, manual aja. Jadi ada yang gali, megang senter. Pakai head lamp kurang terang, jadi dibantu lampu lagi,” jelasnya.
Mengenai rekannya yang sakit, Roby mengatakan, hal itu terjadi karena kondisi enam orang rekannya tersebut sedang kurang baik. Apalagi, mereka harus merayap terlebih dahulu di bawah gorong-gorong sebelum melakukan penggalian.
“Memang ada yang sakit, mungkin karena kondisinya sedang kurang bagus. Kalau hal mistis nggak ada sih, Insyaallah. Alhamdulillah saya mah masih sehat aja,” ucapnya.
(Shabrina Zakaria)