Fenomena Krisis Identitas Seorang Muslim
Belakangan muncul fenomena krisis identitas manusia dari fitrahnya
Belakangan ini, banyak sekali beredar âkontenâ mengenai hal-hal fundamental dalam hidup yang kemudian menjadi isu panas di dunia maya, sehingga terjadi âpertempuranâ narasi di media sosial dalam rangka menanggap isu tersebut. Masalahnya, âkontenâ yang tersebar di media sosial ini sangat lekat dengan gaya hidup barat yang kental dengan sekularisme, sehingga âkontenâ tersebut menjelma menjadi syubhat yang merasuki pikiran dan hati kaum muslimin di Indonesia, terkhususnya kalangan pemuda.
Syubhat yang tersebar dan dikonsumsi tanpa kehati-hatian ini, mengakibatkan tumbuhnya keraguan di hati pemuda-pemuda muslim yang sayangnya belum kokoh fondasi keyakinannya terhadap Islam. Keraguan tersebut memicu perang batin yang jika tidak diatasi dengan keilmuan dan pemahaman yang lurus, akan menjerumuskan pemuda tersebut kedalam sesat pikir dan -Naâudzubillah- kehilangan jati dirinya sebagai seorang Muslim.
Seperti halnya narasi âsexual consentâ tentang hubungan seks yang didasari oleh persetujuan, atau propaganda âchildfreeâ tentang pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak mau memiliki anak, atau doktrin pluralisme agama yang dibungkus dengan kata toleransi. Semua narasi sesat tersebut telah nyata menjadi ancaman bagi pemuda-pemuda Islam di Indonesia.
Akibat narasi-narasi yang sesat dan bertolak belakang dengan Islam seperti diatas, tak heran banyak pemuda Islam yang termakan oleh syubhat pemikiran tersebut sehingga mereka dengan dangkalnya mengamini dan mendukung narasi sesat ini. Kebanyakan mereka yang tergelincir terhadap kesesatan pikir ini berdalih dengan Hak Asasi Manusia, atau âKebebasan memilih hidup manusiaâ yang dipahami dengan keliru dengan tidak memedulikan atau memisahkan syariâat agama Islam yang mereka anut.
Padahal, apabila Islam dipelajari dengan seksama oleh jiwa yang mencintainya, bukan jiwa yang membencinya, nyatalah bahwa ajaran Islam ini tidak mengenal sama sekali apa yang disebut perpisahan (pemisahan) antara agama dan kehidupan dunia. Perhubungan diantara dua kehidupan, yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, mulai dari badan yang terlancar dari dalam Rahim ibu, tangisan pertama, sampai datang masanya menutup masa (meninggalkan dunia dan seisinya). Seluruhnya dinamakan hidup duniawi.
Setelah napas bercerai dengan badan, dan jasmani dimasukkan ke liang kubur, dimulailah hidup yang kedua, yaitu kehidupan akhirat. Ajaran Islam telah menunjukkan jalan bagaimana agar manusia selamat dalam dua kehidupan tersebut. Jadi, tatkala kita hidup di dunia sebagai seorang muslim, maka sudah otomatis Islam meliputi segala segi dan aspek di kehidupan itu. Mulai dari hidup sendiri sampai pada pertalian ibu dan ayah, suami dan istri, orang tua dan anak, masyarakat, dan negara; mulai dari mengurus perekonomian yang luas, hubungan diri sendiri dengan orang lain, serta hubungan negara dan negara. Semua itu telah tercakup dan diatur sedemikian rupa dalam agama Islam yang sempurna ini.
Kebanyakan pemuda Islam telah melupakan keyakinan mendasar bahwa sesungguhnya agama Islam adalah agama yang menyeluruh dan satu-satunya yang benar, sebagaimana firman Allah Taâaala dalam Al-Qurâan:
Ø¥ÙÙÙ٠اÙدÙÙÙÙ٠عÙÙد٠اÙÙÙÙÙ٠اÙÙØ¥ÙسÙÙÙاÙ
Ù Û ÙÙÙ
Ùا اخÙتÙÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠أÙÙتÙÙا اÙÙÙÙتÙاب٠إÙÙÙÙا Ù
Ù٠بÙعÙد٠Ù
Ùا جÙاءÙÙÙÙ
٠اÙÙعÙÙÙÙ
٠بÙغÙÙÙا بÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù Û ÙÙÙ
ÙÙ ÙÙÙÙÙÙر٠بÙØ¢ÙÙات٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠سÙرÙÙع٠اÙÙØÙسÙابÙ
âSesungguhnya agama yang di rildhoi di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.â [Ali âImran: 19]
inilah keyakinan yang dilupakan oleh sebagian besar pemuda Islam bahkan umat Islam pada umumnya. Tentu hal ini tidak terlepas dari upaya musuh-musuh Islam dalam rangka menjauhkan umat Islam dari sumber kebenarannya, yaitu Al Qurâan.
Dengan pengaruh propaganda âIslamophobiaâ yang dicanangkan oleh musuh Islam melalui media, membuat banyak pemuda Islam akhirnya enggan atau ragu mengikuti Syariâat Agamanya yang padahal tidak mereka coba hayati sebelumnya dengan dalih kebersamaan, toleransi, âopen mindedâ yang padahal sama sekali tidak mereka pahami hakikatnya. Kemudian mereka tidak lagi berdiri diatas agama Islam, namun terjerumus kedalam syubhat pemikiran sesat dan terjadilah krisis identitas jati diri seorang muslim.
Jika telah jelas pemahaman seorang muslim terhadap kedudukan aqidah (kepercayaan) tentang Allah Taâaala, dengan sendirinya, ia akan percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang menakdirkan dan mengatur, Tuhan yang membuat peraturan yang wajib ditaati. Peraturan itu diturunkan Allah sebagai wahyu lalu disampaikan oleh rasul-rasul Allah Taâaala, dan penutupnya Ialah Muhammad saw., untuk mengatur hidup manusia di dunia ini.
Bahwa sahnya hubungan seks suami dan istri adalah dengan pernikahan, bahwa memiliki anak merupakan hal yang dibanggakan oleh Allah dan Rasul Nya, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia (universal) bukan hanya berisi ritual ibadah semata. Wajib bagi seluruh umat Islam agar mewaspadai propaganda-propaganda sesat ini dengan menjauh dari konsumsi narasi-narasi liar di media sosial, membangun benteng dengan menuntut ilmu agama.
Maka sekali lagi, inilah keyakinan yang harus dipegang oleh umat Islam, bukan keyakinan yang setengah-setengah, bukan keyakinan yang bisa disimpan kedalam kantong saku sementara, bukan keyakinan yang bisa runtuh apabila dihadapi dengan nominal harga. Wallahuâalam. *MF