Perundungan Anak Bibir Sumbing Pengaruhi Kesehatan Mental
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perundungan kepada anak-anak dengan bibir sumbing dan atau celah langit-langit mulut dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka di masa depan.
"Karena adanya perbedaan fisik, anak dengan bibir sumbing mengalami dampak psikis yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya, misalnya merasa tidak seberuntung anak-anak lain, merasa diperlakukan tidak adil hingga mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan bahkan pengucilan," ujar Psikolog Klinis Sahabat Orang Tua & Anak (SOA) Parenting & Education Support Center, Hanlie Muliani, dalam webinar "Stop Bullying Bibir Sumbing!", Jumat (10/9).
Smile Train mencatat terdapat 540 bayi di dunia dan satu dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi sumbing dan atau celah langit-langit mulut. Jika tidak ditangani dengan segera, berpotensi memberi dampak pada fisik, tetapi juga dari segi psikis.
Perbedaan fisik membuat seorang anak mengalami penolakan dari lingkungan terdekat. Hal tersebut akan membuat anak tidak percaya diri, bahkan tidak jarang anak juga merasa cemas dan menyerah terhadap masa depannya.
Hanlie mengatakan kondisi ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat akan apa itu bibir sumbing dan bagaimana harus menyikapinya. Jika dibiarkan terus menerus, anak dapat merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.
Oleh karena itu, tindakan operasi juga perlu disertai dengan penanganan komprehensif yang meliputi pendampingan psikologis, baik kepada pasien maupun keluarganya. Sebagai organisasi nirlaba terbesar di dunia yang memberikan perawatan sumbing komprehensif kepada anak-anak, kali ini Smile Train mengajak masyarakat mendukung penghentian perundungan atau bullying yang kerap terjadi dengan meluncurkan kampanye "Stop Bullying Bibir Sumbing!".
Peluncuran kampanye itu juga ditandai dengan video yang menunjukkan urgensi penanganan komprehensif terhadap kondisi bibir sumbing, termasuk dukungan psikologis yang berpengaruh terhadap kesehatan mental. Secara alami, kondisi bibir sumbing dan/atau celah langi-langit mulut berpotensi membawa dampak fisik seperti kesulitan bicara, makan, dan bernafas sehingga penanganan sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Pada pendampingan psikologis, penting untuk ditanamkan pula harga diri manusia tidak hanya diukur melalui tampilan fisik, namun pikiran, hati, dan perbuatannya. Perundungan dari lingkungan sekitar berpotensi membuat anak-anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut merasa cemas akan masa depannya.
Video "Stop Bullying Bibir Sumbing!" dari Smile Train Indonesia bermaksud menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental anak yang mengalami bibir sumbing dan/atau celah langit. "Kisah para pasien yang kerap mendapat perundungan atau pengucilan di lingkungannya selalu membuat kami tersentuh. Untuk itu, kami melihat pentingnya upaya nyata untuk meluruskan pola pikir ini, melalui edukasi kepada keluarga pasien dan masyarakat luas, serta dimulainya kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing!," kata Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati.
"Melalui kampanye ini, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia menghentikan segala bentuk bullying kepada mereka yang memiliki kondisi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut. Mari kita sama-sama lindungi senyum dan kesehatan mental mereka, untuk memberikan mereka masa depan yang lebih cerah," lanjutnya.
Sejak 2002, Smile Train Indonesia telah memberikan operasi gratis kepada lebih dari 95 ribu anak di penjuru Nusantara. Smile Train mengusung program Comprehensive Cleft Care (CCC) yang meliputi edukasi memahami kondisi sumbing, operasi, pelayanan terapi wicara, hingga konseling dan dukungan kesehatan mental. Layanan diberikan oleh Smile Train Indonesia bersama para mitranya secara gratis.