Qatar Menolak Tanggung Jawab Bandara Kabul Tanpa Taliban
IHRAM.CO.ID, -- Qatar mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas bandara Kabul tanpa kesepakatan "jelas" dengan semua pihak yang terlibat, termasuk Taliban, tentang operasinya.
Berbicara pada konferensi pers pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan negaranya tidak dapat bertanggung jawab atas operasi bandara jika semua masalah tidak ditangani dengan jelas.
Doha telah menjadi perantara utama di Afghanistan setelah penarikan pasukan NATO pimpinan AS bulan lalu. Tindakan ini untuk membantu mengevakuasi ribuan orang asing dan Afghanistan, melibatkan penguasa baru Taliban, dan mendukung operasi di bandara Kabul.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu sekarang mengamankan dan mengoperasikan bandara Kabul tersebut. Dia menunjukkan bahwa pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan Qatar dan Turki tentang masa depan fasilitas itu.
Mempertahankan kontrol
Kelompok bersenjata telah berulang kali mengatakan tidak akan menerima kehadiran militer asing di negara itu setelah 31 Agustus. Namun, Sheikh Mohammed telah dikutip mengatakan bahwa Qatar mendesak Taliban untuk menerima bantuan asing.
Taliban telah meminta Turki untuk menangani logistik sambil mempertahankan kendali keamanan dan Ankara mengatakan masih menilai tawaran itu. Namun, dengan Taliban bersikeras untuk mengontrol penuh keamanan dan Turki tampak kurang antusias.
Insentif utama untuk mengoperasikan bandara fungsional akan menjadi dorongan yang akan memberikan citra internasional Taliban. Sejak penarikan AS, pesawat Qatar Airways telah melakukan beberapa perjalanan ke Kabul. Para penumpang yang di pesawat terbang itu adalah berisi bantuan. peumpag yang merupakan petugas perwakilan Doha, dan para pemegang paspor asing lainnya.
Seperti diketahui, di intervensi AS selama dua dasawarsa di Afghansitan itu berakhir dengan pengangkutan udara lebih dari 120.000 orang dari Kabul. Kala itu sebagai tanda bahwa Taliban kembali berkuasa.
AS menarik pasukan terakhirnya dari Afghanistan pada 30 Agustus, mengakhiri perang terpanjangnya tepat sebelum peringatan 11 September 2001. Serangan inilah yang memicu invasi AS tersebut.