Gejala, Faktor Risiko dan Tes Diagnosis Alzheimer

Para ahli belum menentukan penyebab tunggal penyakit Alzheimer.

AP
Penyakit alzheimer menyerang mereka yang di atas usia 55 tahun.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer sedunia. Mengutip Healthline pada Selasa, para ahli belum menentukan penyebab tunggal penyakit Alzheimer. Namun, para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko tertentu.

Baca Juga


Misalnya, usia yang kebanyakan di atas 65 tahun, riwayat keluarga atau ada anggota keluarga dekat yang mengalaminya, serta genetik. Akan tetapi, jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor risiko di atas, tidak berarti akan memiliki penyakit Alzheimer di kemudian hari. Ini hanya sebuah risiko saja.

Gejala penyakit Alzheimer

Setiap orang memiliki episode kelupaan dari waktu ke waktu. Tetapi orang-orang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perilaku dan gejala tertentu yang terus berlanjut dan semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Hal ini dapat mencakup kehilangan ingatan yang memengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti kemampuan untuk menepati janji, kesulitan memecahkan masalah, bingung dari waktu ke waktu, tak ingat waktu dan tempat, kebersihan pribadi menurun, perubahan suasana hati dan kepribadian, serta menarik diri dari teman, keluarga dan komunitas.

Gejala-gejala tersebut akan berubah sesuai dengan stadium penyakit dan bisa berkembang menjadi gejala yang lebih parah.

Alzheimer onset dini

Alzheimer biasanya menyerang orang berusia 65 tahun ke atas, namun dapat terjadi pada orang-orang dengan usia 40-an atau 50-an. Itu disebut dengan Alzheimer onset dini, atau onset yang lebih muda.

Jenis Alzheimer ini mempengaruhi sekitar 5 persen dari semua orang dengan kondisi tersebut. Gejala awal Alzheimer dapat mencakup kehilangan memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas sehari-hari. Mungkin sulit untuk menemukan kata yang tepat saat berbicara dan mungkin lupa waktu. Masalah penglihatan ringan, seperti kesulitan membedakan jarak, juga dapat terjadi.

 

Mendiagnosis penyakit Alzheimer

Satu-satunya cara pasti untuk mendiagnosis seseorang dengan penyakit Alzheimer adalah dengan memeriksa jaringan otak mereka setelah kematian. Tetapi dokter juga dapat menggunakan pemeriksaan dan tes lain untuk menilai kemampuan mental Anda, mendiagnosis demensia, dan mengesampingkan kondisi lain.

Dokter kemungkinan akan mulai dengan mengambil riwayat medis, menanyakan seputar gejala, riwayat keluarga, kondisi kesehatan terkini, obat-obatan yang digunakan, diet, asupan alkohol, gaya hidup dan lainnya.

Tes Alzheimer

Tidak ada tes pasti untuk penyakit Alzheimer. Namun, dokter kemungkinan akan melakukan beberapa tes untuk menentukan diagnosis, bisa berupa tes mental, fisik, neurologis, dan pencitraan. Dokter kemungkinan akan memulai dengan tes status mental untul menilai memori jangka pendek dan panjang serta orientasi terhadap tempat dan waktu.

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan neurologis untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain, seperti masalah medis akut, seperti infeksi atau stroke. Selama tes, mereka akan memeriksa refleks, tonus otot, dan ucapan Anda.

Pencitraan otak juga dapat dilakukan yang mencakup MRI. MRI dapat membantu mengetahui tanda kunci, seperti peradangan, pendarahan, dan masalah struktural. Pemindaian tomografi komputer (CT).

CT scan mengambil gambar sinar-X yang dapat membantu dokter mencari karakteristik abnormal di otak. Ada juga pemindaian tomografi emisi positron (PET). Gambar pemindaian PET dapat membantu dokter mendeteksi penumpukan plak. Plak adalah zat protein yang berhubungan dengan gejala Alzheimer.

 

Tes lain yang mungkin dilakukan dokter termasuk tes darah untuk memeriksa gen yang mungkin mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer yang lebih tinggi.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler