DKI Jakarta Siapkan Alat dan Personel Antisipasi Banjir
Hujan di DKI diperkirakan terjadi pada Oktober hingga Desember.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyiapkan peralatan dan personel guna mengantisipasi potensi bencana banjir di Jakarta pada musim hujan. Namun, tidak disebutkan jumlah personel yang disiagakan dalam penanganan banjir tersebut.
"Nanti kami akan apel dalam menghadapi musim hujan. Peralatan dan personel semuanya sudah disiapkan, dan yang paling penting adalah kesiapan masyarakat Jakarta," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, saat menghadiri festival fashion dan kuliner, di sebuah mal di Jakarta, Kamis (23/9).
Menurut dia, Pemerintah DKI Jakarta juga sudah melakukan sejumlah program pencegahan dan pengendalian banjir. Di antaranya pengerukan, pembuatan waduk, situ, dan embung. "Kami juga sudah menyiapkan pompa untuk menyedot air, baik yang siaga maupun pompa yang dapat bergerak. Semuanya disiapkan untuk pencegahan menghadapi musim hujan," ucapnya.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan SKPD dan instansi lainnya dalam penanggulangan banjir. Penanganan akan dilakukan secara holistik, gotong royong, dan tanpa ego-sektoral.
Menurut Sabdo, BPBD DKI Jakarta, juga sudah menyebarkan buku kesiapsiagaan pengendalian banjir untuk masyarakat dan SKPD (satuan kerja perangkat daerah). "Kami juga sudah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada aparat camat, lurah, hingga RT/RW," katanya, Kamis (9/9).
Rencananya, dalam waktu dekat, Pemprov DKI akan melakukan geladi posko dan geladi lapangan apel kesiapsiagaan menghadapi banjir. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan diperkirakan terjadi pada Oktober-Desember, dan puncaknya diperkirakan pada Januari-Februari 2022.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI, Yusmada Faizal, dalam webinar Jakarta, The Sinking City, pada Kamis (2/9), mengatakan, berdasarkan master plan pengendalian banjir Jakarta, aliran air dari hulu tidak bisa langsung masuk ke dalam kota. Aliran air dari 13 sungai itu langsung dialihkan atau di bypass dengan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur.
Yusmada menggambarkan, jika turun hujan di sekitar kawasan Bundaran Hotel Indonesia, air tidak langsung mengalir secara gravitasi ke laut, tapi dialihkan ke Waduk Melati. Kemudian dipompa ke laut melalui Kanal Barat.
"Ini artinya kondisi permukaan air di Jakarta sudah tidak bisa lagi mengalirkan air secara gravitasi," katanya.