Usia Paling Tepat Cek Rutin Kolesterol dan Tekanan Darah
Cek rutin kolesterol dan tekanan darah juga perlu dilakukan generasi muda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kadar kolesterol yang tinggi dan hipertensi merupakan dua faktor yang berperan besar dalam meningkatkan risiko penyakit jantung. Kedua faktor ini tak hanya perlu menjadi perhatian orang-orang yang sudah berumur, tetapi juga generasi muda.
"Penyakit jantung kini bukan hanya banyak dialami oleh orang-orang di usia senja, tapi juga banyak menyerang usia muda," ungkap Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Mela Sabina dalam rangka menyambut Hari Jantung Sedunia yang jatuh setiap 29 September, beberapa waktu lalu.
Mela mengatakan tingginya prevalensi penyakit jantung di Indonesia banyak dipengaruhi oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, perbaikan gaya hidup menjadi lebih sehat perlu dilakukan sedini mungkin.
"Sebagai investasi kesehatan di masa depan," pungkas Mela.
Hal senada juga diungkapkan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito A Damay SpJP(K) MKes AIFO-K FIHA FICA FAcSS. Di masa muda, lanjut dr Vito, banyak orang mungkin lebih fokus dalam mengejar karier dan kesuksesan, sehingga mengesampingkan kesehatan mereka.
Dampak dari hal tersebut mungkin tak akan dirasakan saat ini, melainkan di masa mendatang. Saat mereka mulai "memanen" hasil usaha dari kerja keras mereka, hasil usaha tersebut bisa saja habis untuk membiayai pengobatan penyakit mereka karena tak menjaga kesehatan sejak dini, termasuk kesehatan jantung.
Terkait penyakit jantung, kadar kolesterol dan tekanan darah merupakan faktor yang tak boleh diabaikan. Menurut dr Vito, pemeriksaan kadar kolesterol darah dan tekanan darah perlu dilakukan secara rutin ketika seseorang berusia 20 tahun.
"Karena penyakit hipertensi bisa terjadi pada usia muda dan tanpa ada keluhan sama sekali, jadi kalau tidak periksa tak akan tahu," jelas dr Vito.
Pola makan buruk yang terbentuk sejak usia muda juga bisa mempengaruhi kadar kolesterol. Apalagi, saat ini banyak orang orang muda yang masih bekerja dari rumah (WFH) dan pola hidupnya ikut berubah, seperti sering mengemil, jarang beraktivitas fisik, bahkan tidur terlalu larut karena rapat daring hingga malam.
"Aku bilang ini adalah work from home disease (penyakit bekerja dari rumah)," pungkas dr Vito.
Menurut dr Vito, ada beberapa faktor risiko penyakit jantung yang tidak bisa diubah seperti usia. Akan tetapi, ada cukup banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung lain yang bisa dimodifikasi dan diperbaiki.
"Yang bisa berubah apa? Setop merokok, rajin bergerak, kontrol tekanan darah, kontrol kolesterol, kontrol diabetes (bila ada), kurangi itu semua, kurangi faktor risiko jantung menurunkan risiko sampai 80 persen," pungkas dr Vito.