Basarnas Siaga Hadapi Musim Hujan
Informasi BMKG menyebutkan, musim hujan diperkirakan terjadi di penghujung 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Sarana Prasana dan Komunikasi Basarnas, Brigjen Widjang Pranjoto, mengatakan jajarannya siap siaga menghadapi musim penghujan. Berdasarkan informasi dari BMKG musim hujan diperkirakan terjadi di penghujung tahun 2021.
"Basarnas harus mulai meningkatkan kesiagaan menghadapi potensi bencana di musim penghujan,’’ kata dia, Jumat (1/10).
Widjang mengatakan, hal tersebut saat mendampingi Komisi V DPR RI yang melakukan kunjungan kerja ke Kantor SAR Bandung, di Jalan Bandung-Garut, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jumat (1/10). Dalam kesempatan tersebut, Komisi V melakukan pengecekan terhadap kesiapan personal dan sarana penunjang sekaligus memberikan arahan.
Menurut Widjang, menjelang musim hujan seperti ini, seluruh Kantor SAR harus sudah mulai siap siaga untuk menghadapi ancaman bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang tinggi dan bencana alam lainnya. "Seluruh wilayah Indonesia rawan bencana alam. Karena berada di range fire, atau berada di pertemuan tiga lempeng dunia, maka semua daerah juga memiliki kerawanan yang luar biasa," ujar dia.
Dikatakan Widjang, selain mempersiapkan personel di seluruh Kantor SAR di seluruh Indonesia, pihaknya juga melengkapi dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan bencana alam. "Kita juga selalu bersinergi dengan BMKG untuk memantau perkembangan terbaru perkiraan cuaca. Iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap potensi bencana," tutur dia.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, mendorong, Basarnas Bandung menambah Pos Siaga SAR di sejumlah titik. Langkah tersebut dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi jika terjadi bencana alam di wilayah pelosok Jabar. ‘"Saat ini Pos Siaga SAR hanya ada di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Tasikmalaya.Harus ditambah lagi Pos Siaga di daerah rawan," kata dia.
Ridwan menilai, kesiapan dan kemampuan personel Kantor SAR Bandung cukup memadai. Namun yang jadi persoalan adalah jarak tempuh antara Kantor SAR Bandung dengan titik titik bencana yang ada di pelosok.
"Terkadang harus ditempuh hingga delapan jam. Karena itu Pos Siaga SAR harus dibangun di daerah rawan," kata dia.