Wagub Jateng Ingatkan Industri Batik tak Cemari Lingkungan

Wagub meminta pelaku industri batik bisa mengelola limbah mereka dengan baik.

Antara/Yusuf Nugroho
Taj Yasin
Rep: Bowo Pribadi Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengingatkan para pengusaha batik untuk tetap menjaga keselarasan lingkungan. Khususnya terkait dengan pengelolaan limbah yang dihasilkan dari industri batik, agar dapat dikelola dengan baik hingga tidak mencemari sungai dan lingkungan yang ada di sekitar Kegiatan usahanya.

Baca Juga


Wagub mengatakan, batik menjadi salah satu produk UKM yang kian menjanjikan, dengan pangsa pasar lokal maupun internasional. Tak hanya itu, di dalam negeri, batik juga terus diterima oleh masyarakat termasuk di dalamnya kalangan anak muda.

Artinya, usaha produksi batik berpotensi untuk berkembang sebagai salah satu penggerak perekonomian. "Karena batik saat ini sudah memiliki pangsa pasar yang bagus di level nasional maupun internasional maka dapat terus ditingkatkan," ujarnya.

Kendati begitu, lanjut Taj Yasin, para pengrajin dan pelaku usaha/ industri batik agar selalu memperhatikan persoalan limbah. Jangan persoalan limbah yang dihasilkan oleh industri batik tidak dikelola dengan baik.

Sehingga akhirnya justru mencemari dan merugikan lingkungan di sekitarnya, karena limbah yang dihasilkan tidak dinetralisir dan dikelola dengan baik. "Limbah industri batik harus dikelola secara baik dan benar," ucapnya.

Oleh karena itu, untuk menghindari limbah yang berlebihan dan bisa membahayakan lingkungan, wagub pun mendorong agar industri batik memprakarsai penggunaan bahan pewarna yang lebih ramah lingkungan.

"Mari, kita produksi batik dengan menggunakan bahan- bahan pewarna alami, agar lebih ramah lingkungan dan limbah yang dihasilkan juga tidak berbahaya," tandas Gus Yasin, panggilan akrab  Taj Yasin Maimoen.

Dalam acara peringatan hari batik bertajuk Karsa Adhikari tersebut, wagub juga menyampaikan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah juga telah membiasakan para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungannya untuk ikut membudayakan mengenakan batik.

Setiap Selasa para ASN diwajibkan untuk mengenakan kemeja batik lurik, demikian halnya dengan hari Rabu yang juga mewajibkan para ASN untuk memakai kemeja batik dan hari Kamis  mengenakan baju adat Nusantara. Dalam perkembangannya, ternyata muncul modifikasi kreasi antara pakaian adat dengan motif batik. 

"Ternyata hasilnya cukup bagus, batik menjadi semakin berwibawa lagi dan tidak kalah keren," katanya.

Menurutnya, ajakan untuk mengenakan batik di lingkungan kantor Pemprov Jawa Tengah merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap hasil karya budaya asli bangsa Indonesia tersebut.

Terlebih batik juga sudah diakui oleh Badan Kebudayaan Dunia (Unesco) sebagai bagian dari Indonesia mengenai Warisan Budaya Tak Benda. Sehingga bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap batik yang dapat dilakukan adalah dengan mengenakannya.

"Maka mengenakan batik ini adalah sebagai bentuk rasa bangga akan warisan budaya nenek moyang yang telah mendunia," tandas Gus Yasin.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler