Ejekan Hingga Ancaman Pembunuhan Saat Nabi SAW Berdakwah
Nabi Muhammad dan pengikutnya juga mengalami siksaan dan penindasan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat mulai berdakwah secara terang-terangan di Makkah, Nabi Muhammad SAW harus menghadapi cobaan dan perlakuan kaum musyrik Quraisy yang selalu menentangnya. Rasulullah harus mengalami berbagai tekanan dan penindasan seperti yang diriwayatkan Bukhari.
Ketika Nabi sholat di Hijir Ismail, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu’ith melilitkan kain pada leher beliau lalu mencekiknya sekuat tenaga. Tak lama Abu Bakar datang. Dia mengekang tangan Uqbah dan menyingkirkannya dari Nabi seraya berkata, “Apakah kalian membunuh orang hanya lantaran dia mengatakan ‘Tuhanku adalah Allah?”
Dalam riwayat lain, Bukhari menyampaikan dari Abdullah bin Umar. Dia bercerita, Nabi sujud di sekitar Masjidil Haram.
Tiba-tiba Uqbah bin Abu Mu’ith datang membawa jeroan unta lalu melemparkannya ke punggung Nabi SAW. Nabi SAW melanjutkan sujudnya dan tidak mengangkat kepalanya. Maka, Fatimah datang membersihkan kotoran itu dari punggungnya dan mengecam orang yang melakukan itu.
Selain menerima perbuatan keji, Rasulullah juga banyak menerima penghinaan, umpatan, dan ejekan setiap kali ia melewati orang-orang Quraisy di tempat publik. Para sahabat dan pengikut Nabi pun mengalami siksaan dan penindasan. Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Khabbab bin Al-Aratt.
Dia datang menemui Nabi Muhammad ketika Nabi duduk beralas kain selendangnya di bawah naungan Ka’bah. Kala itu, kaum Muslim telah mengalami penindasan dan siksaan dari kaum musyrik.
Maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah sebaiknya engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Kemudian Nabi tetap duduk.
Dengan wajah memerah dia bersabda, “Orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi hingga kulit dan dagingnya mengelupas dari tulangnya tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya. Allah pasti menyempurnakan agama ini sehingga kelak orang berani menunggang hewan dari Shan’a ke Hadramaut tanpa merasa takut kecuali kepada Allah.”
Ulama Timur Tengah Al-Buthy mengatakan dalam buku The Great Episodes of Muhammad SAW yang diterbitkan Noura mengatakan karakteristik pertama manusia di dunia ini adalah dia mukalaf. Artinya, dia dituntut Allah untuk menanggung beban dan kesulitan. Sementara perintah dakwah Islam dan jihad menegakkan kalimat Allah merupakan beban terberat.
Beban (taklif) merupakan salah satu konsekuensi terpenting penghambaan manusia kepada Allah karena penghambaan kepada-Nya kehilangan arti jika tidak disertai taklif. Jadi, penghambaan meniscayakan taklif, sedangkan taklif mengharuskan manusia memikul beban kesulitan dan perjuangan melawan nafsu.
Jadi, kewajiban hamba Allah di dunia adalah mewujudkan dua hal. Pertama berpegang teguh pada Islam dan membangun masyarakat yang baik. Kedua, menempuh jalan yang sulit, menghadapi segala bahaya, dan mengorbankan nyawa dan harta demi mewujudkan yang pertama.
Allah menugasi manusia untuk meyakini tujuan dan menempuh jalan yang sulit dan panjang dengan segala rintangan. Seandainya jika Allah berkehendak, tentu sangat mudah bagi-Nya mewujudkan komunitas Islam yang adil, makmur, dan sejahtera setelah mereka menyatakan beriman kepada-Nya.