Cerita Jamaah Diminta Jasa Bantu Mencium Hajar Aswad
IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Rangkaian ibadah haji memerlukan ketahanan fisik dan kesabaran bagi yang. melaksanakannya. Ragam kesulitan dalam menjalani prosesi ibadah haji inilah yang mendorong munculnya berbagai bentuk komodifikasi dalam ibadah ini.
"Salah satu bentuk komodifikasi ini adalah munculnya joki ibadah atau ritual haji," tulis Dr. Irfan Noor, M.Hum, Prof. Raihani, M.Ed., Ph.D, Muhammad Iqbal, M.Hum dalam judul buku Urang Banjar Naik Haji: Teks, Tradisi, dan Pendidikan Nilai Kalangan Haji Banjar.
Joki ini semacam layanan berbayar untuk memberi kemudahan para jamaah haji dalam menyelesaikan beberapa ritual haji. Bentuk layanan yang disebut joki ritual haji itu adalah mencium Hajar Aswad, membayar Dam (denda) haji, dan melaksanakan Badal (pengganti) Haji.
Misal joki untuk dapat mencium hajar aswad. Hajar Aswad ini merupakan salah satu tempat yang selalu diburu oleh para jamaah dalam prosesi haji adalah Hajar Aswad. Karena tempat ini menjadi tempat incaran ribuan orang, maka tidak semua para jamaah haji dapat dengan mudah kesempatan untuk mencium batu hitam yang bernama Hajar Aswad yang terletak di sebelah pintu Kakbah itu.
Walaupun prosesi haji adalah ibadah, namun sulitnya untuk mendapatkan mencium batu tersebut ternyata justru membuka peluang ekonomi bagi mereka yang memanfaatkan kesulitan tersebut. Dalam situasi sulit itulah, menurut beberapa informan, bermunculan orang-orang yang berperan mengantar para haji untuk mendapat kemudahan mencium batu itu.
"Mereka sering menyebut profesi ini sebagai ojek Hajar Aswad," tulis mereka.
Menariknya adalah mereka yang berprofesi sebagai ojek Hajar Aswad ini ternyata adalah Urang-urang Banjar yang telah lama mukin di tanah suci, sehingga memiliki koneksi dengan beberapa petugas keamanan di sana.
Soal tarif dan cara menawarkan jasa mereka memang berbeda-beda dan di antaranya menjadi cerita lucu di sekitar pengalaman haji Urang Banjar. Sebut saja inisiatif HJZ menceritakan saat dia berusaha mencium Hajar Aswad, yang di awal percobaannya namun tidak beberapa lama kemudian dia ditawari oleh seorang perempuan, yang menawarkan jasa membantunya.
Dalam sekejap, HJZ memang berhasil mencium Hajar Aswad, namun setelah keluar dari wilayah tawaf, HJZ merasa masih diikuti oleh perempuan yang tadi membantunya. Saat HJZ bertemu kembali dengan perempuan tersebut, perempuan itu meminta uang untuk jasa bantuannya tersebut.
HJZ bertanya berapa yang harus dia bayar dan menyatakan rasa penasarannya sekalian, sebab menurut HJZ, bantuan tersebut dikira gratis karena tidak ada penawaran harga sebelumnya. Ternyata HJZ harus membayar sekitar 300 real Arab Saudi.
Memang umumnya harga yang dipatok oleh para “joki” tersebut adalah sekitar 100-400 real. Jasa “Perjokian” memang memanfaatkan keinginan yang sangat tinggi para jamaah haji dalam mencium Hajar Aswad, khususnya jamaah haji Banjar. Bagi haji Banjar, keberhasilan mencium Hajar Aswad bisa menjadi oleh-oleh cerita ketika mereka tiba di banua.
Ada semacam kepuasan sekaligus gengsi tersendiri jika seorang Banjar berhasil mencium Hajar Aswad di kalangan masyarakat Banjar.
Jasa mereka ditawarkan dari mulut ke mulut saja, dan biasanya para joki cukup jeli melihat gestur tubuh para jamaah haji Urang Banjar yang memiliki hasrat tinggi mencium Hajar Aswad.
"Biasanya, mereka menawarkan jasa di sekitar wilayah tawaf selain di pondokan," katanya.
Modus operandi mereka dilaksanakan beberapa orang yang mengamankan jamaah yang dibawa oleh pimpinan rombongan jamaah tersebut. Biasanya tim yang melakukan penjagaan tersebut hingga 6-7 orang, biasanya yang mengisi adalah para mukimin (orang yang tinggal) di Makkah.
"Memang, tidak ada data yang jelas apakah tim tersebut terkoordinir atau tidak," katanya.