Rizky Rahasiakan Karier Biliar dari Neneknya

Rizky mengatakan masih banyak yang memandang negatif terhadap olahraga biliar.

ANTARA/Novrian Arbi/YU
ilustrasi biliar
Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Atlet biliar Jambi, Rizky, Jumat (8/10) mempersembahkan medali emas keduanya pada PON XX Papua. Kiki, sapaan akrab Rizky, punya cerita unik untuk tentang perjalanan kariernya sebagai atlet biliar.

 

Atlet yang namanya hanya satu kata ini, mengakui biliar masih dipandang sebelah mata dan berbau negatif. Menurut Rizky, biliar dipandang dekat dengan judi atau dunia malam.

Karena imej buruk tersebut, dia harus menyembunyikan aktivitas biliarnya dari neneknya. Sang nenek termasuk golongan mayoritas orang yang masih menganggap biliar lekat dengan kemudaratan.

Juara Lomba


Meski begitu, ayah sekaligus pelatihnya ikut merahasiakan kegiatan anaknya karena tahu Rizky berpotensi besar dalam cabang olahraga ini. Namun, di sisi lain, ayahnya tak ingin membuat gempar keluarga besar.

Masuk SMP, Rizky memberanikan diri mengikuti lomba biliar lokal. Dia makin intens berlomba, namun masih di tingkat Provinsi Jambi.

Subagi, sang ayah, baru membolehkan Rizky berlaga di luar Jambi saat menginjak SMA. Medan menjadi kota yang berkesan karena untuk pertama kalinya dia menjadi juara dan ini menjadi modal bagi kepercayaan dirinya untuk beradu kemampuan di luar Sumatera.

Waktu pun berlalu. Rizky sudah menjajal kebolehannya dalam turnamen besar hingga Pulau Jawa. Namun, kerahasiaan hobi biliarnya masih dijaga agar tak terdengar neneknya.

Buka Rahasia
Hingga suatu ketika, nama Rizky yang sudah berprestasi besar itu mulai tercium oleh media cetak lokal, hingga menampilkan profilnya dalam salah satu halaman yang diterbitkan.

Berharap bisa melunakkan hati orang tuanya, Subagi memberanikan diri membawa koran yang dimaksud. Subagi menunjukkannya kepada orang serumah.

"Awalnya kaget dan tidak percaya, bahkan sempat terperangah karena merasa disembunyikan. Tapi, setelah kami jelaskan, Rizky juga ikut bercerita, lambat laun nenek bisa menerima dan ikut mendoakan ke mana pun Rizky bertanding," kata Subagi.

Merasa keluarga besarnya sudah merestui kariernya, Rizky kini lebih pede melakoni pertandingan tanpa terbebani memikirkan beribu alasan untuk menutupi prestasinya.

"Dulu kan biliar identik dengan judi ya, tapi sekarang sudah jadi olahraga kompetisi. Awalnya main biliar juga banyak yang memandang sinis, tapi akhirnya mendukung setelah lihat prestasi saya," ucap Rizky menimpali.

Tidak Merokok
Rizky tidak mengisap rokok sebagaimana dilakukan kebanyakan pebiliar yang ditemui Antara selepas bertanding. Melepas kancing rompi dan membuka kerah kemeja hitamnya menjadi hal pertama yang dia lakukan.

Kemudian dia menuju gerai jajanan di samping GOR. Pebiliar berusia 23 tahun itu membeli satu gelas es cendol untuk melepas penat usai bertanding.

Rizky memang tak mengenal rokok, sebagaimana selalu diarahkan ayahanda sekaligus pelatih biliarnya. Ditemui dalam kesempatan sama, Subagi menegaskan bahwa dia selalu melarang anak bungsunya itu menyentuh rokok atau barang sejenis itu.

Subagi adalah ayah yang protektif. Saat Rizky masih balita, dia melihat lingkungan tempat tinggalnya kurang mendukung perkembangan anak-anak. Ia pun berinisiatif membelikan meja biliar kecil sebagai sarana bermain Rizky saat kelas tiga SD.

Subagi kemudian melihat anaknya berpotensi menjadi besar lewat biliar. Dia pun konsisten melatih Rizky agar menjadi pebiliar andal. Tak hanya mengajari teknik dan teori di lapangan, Subagi juga menyempatkan waktu menemui seorang pebiliar profesional asal Filipina untuk menanyakan permainan buah hatinya itu.

"Waktu itu saya antar Kiki untuk lomba di Medan, lalu ada juga atlet Filipina yang ikut. Saya tanyakan kepada dia, bagaimana permainan Kiki. Dari situ dapat banyak arahan dan koreksi, lalu tekniknya saya kembangkan untuk Kiki," kenang Subagi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler