Kisah Nabi Musa dan Khidir dalam Surat Al Kahfi
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kaum muslimin disunnahkan untuk membaca surat Al-Kahfi setiap Jumat. Dalam surat tersebut dikisahkan mengenai pertemuan antara Nabi Musa dan Khidir.
Dikutip dari Al Bidayah wan Nihayah dari Ibnu Katsir, suatu hari Musa menjadi khatib di hadapan bani Israil, lalu ia ditanya, "Siapakah orang yang paling alim?" Musa menjawab, "Saya."
Kemudian Allah Swt mencela Musa karena dia belum memberikan ilmu kepadanya. Allah Swt lalu mewahyukan kepada Musa, "Aku memiliki seorang hamba yang tinggal di pertemuan dua laut. Dia lebih alim daripada kamu."
Berangkatlah Musa dengan saudaranya, Yusya' bin Nuun. Ketika keduanya sampai di sebuah batu besar, mereka melihat seseorang yang sedang merapikan pakaiannya.
Musa mengucapkan salam kepadanya dengan ucapannya, "Aku datang kepada engkau, dengan harapan engkau sudi mengajariku apa-apa yang telah diajarkan kepada engkau berupa ilmu yang benar."
Khidir menetapkan syarat kepada Musa agar tidak bertanya tentang apa pun hingga Khidir sendiri yang akan menjelaskannya. Berlalu sebuah bahtera yang mengangkut mereka. Khidir mencopot sebuah papan kapal, namun Musa tidak setuju. Khidir lalu mengingatkan Musa akan janjinya, Musa pun meminta maaf.
Keduanya lalu keluar dari bahtera. Khidir melihat seorang anak yang sedang bermain bersama anak-anak sebayanya yang lain, kemudian Khidir membunuhnya. Musa menentang apa yang dilakukan Khidir dengan lebih keras daripada penolakannya pada kejadian yang pertama, maka Khidir mengingatkan Musa akan janjinya.
Musa pun terdiam dengan menahan kesedihannya. Musa berjanji bahwa dirinya bersedia, jika bertanya yang ketiga kalinya, mengakhiri kebersamaannya dengan Khidir. Mereka masuk ke suatu kampung. Mereka meminta makanan kepada penduduk kampung itu, namun mereka menolak. Khidir melihat dinding yang miring, ia pun memperbaikinya.
Musa berkata kepadanya, "Tidakkah engkau meminta upah perbaikan dinding?" Khidir menjawab, "Habislah masa kebersamaan." Khidir lalu menjelaskan semua kejadian yang mengundang keheranan Musa.
Ia mencopot papan sebuah kapal agar tidak dirampas oleh seorang raja yang zhalim. Anak yang ia bunuh adalah seorang anak kafir, sedangkan kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Khidir khawatir jika kecintaan keduanya kepada anaknya akan membawa keduanya kepada agama anaknya.
Adapun tembok yang miring, di bawahnya terdapat harta karun berupa emas milik dua orang anak yatim. Allah hendak menjaga dan memelihara harta itu hingga keduanya menjadi dewasa.