Gubernur Sahbirin Noor: Terima Kasih Pak Jokowi
Pembangunan infrastruktur di Kalsel selama kepemimpinan Joko Widodo terus dikebut
REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) kini mempunyai ikon baru untuk berswafoto dengan hadirnya jembatan Sungai Alalak yang membelah Kota Banjarmasin. Belum sebulan dibuka untuk umum, lokasi sekililing Jembatan Sungai Alalak sudah menjadi tempat favorit masyarakat berfoto dan simpul baru denyut ekonomi warga saat malam tiba.
Jembatan ini menggantikan peran Jembatan Kayu Tangi 1 yang berusia 30 tahun. Jembatan Sungai Alalak dibangun dengan mengadopsi gaya cable stayed bridge lengkung yang asimetris. Itu sebabnya, infrastruktur jembatan ini tidak lurus, melainkan nampak melengkung yang membuatnya paling unik di antara ratusan jembatan beton lain di Indonesia.
Rencananya pada Kamis (21/10), menurut Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor, Presiden Joko Widodo akan meresmikan jembatan Sungai Alalak. Kedatangan Presiden lanjut Gubernur akan merupakan momentum tepat seiring dua tahun kepemimpinannya pada periode kedua.
"Masyarakat berharap peresmian oleh Presiden Jokowi menambah nilai historis Jembatan Sungai Alalak sebagai ikon baru Provinsi Kalimantan Selatan,’’ kata Gubernur yang akrab disapa Paman Birin saat berbincang dengan wartawan.
Sebagaimana diketahui jembatan Sungai Alalak sebagai urat nadi lalu lintas menghubungkan Kota Banjarmasin dengan Kabupaten Barito Kuala di Kalimantan Selatan serta Provinsi Kalimantan Tengah melalui Jalan Trans Kalimantan. Jembatan Sungai Alalak dibangun sejak 2018, memiliki bentang sepanjang 850 meter dengan lebar 20 meter berisi empat lajur yang terbagi dua arah. Dana yang dihabiskan mencapai Rp 278 miliar.
"Jembatan Alalak ini memiliki banyak fungsi selain menjadi Ikon baru masyarakat Kalimantan Selatan juga berfungsi mengurai kemacetan dan mendorong denyut ekonomi di daerah,’’ kata Gubernur.
Secara khusus Paman Birin menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas sumbangsih pembangunan jembatan kebanggaan warga Kalimantan Selatan. Menurutnya, dua tiang yang menjulang pada bentang tengah jembatan punya makna filosofis bagi masyarakat Kalsel. Ia menggambarkan kedua tiang itu mirip tangan yang menengadah.
“Seperti sedang berdoa. Kita tahu masyarakat kita religius, jadi membangun dengan hati,” kata Paman Birin.
Manfaat ekonomi
Alif adalah contoh di antara puluhan orang yang menerima manfaat ekonomi dari Jembatan Sungai Alalak. Pedagang pentol ini mendorong gerobak di bahu jalan jembatan sehabis shalat Maghrib. Di lokasi itu Alif tak seorang diri di sana ada puluhan pelapak makanan, minuman ringan, dan wahana permainan anak-anak turut meramaikan titik perbatasan mirip pasar mala mini Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.
“Saya di sini setelah maghrib sampai jam sepuluh malam. Rata-rata dapat seratus ribu. Sebelumnya keliling sampai malam hari.Alhamdulillah, tidak perlu keliling lagi,” kata Alif.
Pembangunan infrastruktur di Kalimantan Selatan selama kepemimpinan Joko Widodo memang terus dikebut. Hal ini sejalan dengan komitmen Presiden untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan yang menurutnya cukup tinggi dibandingkan daerah lain. Hal ini karena di topang oleh potensi intan sebagai ciri khas Kota Martapura.
Ada dua jejak ikon infrastuktur selain jembatan Alalak yang dibangun oleh Joko Widodo di Kalimantan Selatan, yaitu perluasan terminal baru Bandara Syamsudin Noor tahun 2015 yang menghabiskan dana Rp 2,2 triliun. Kemudian ikon kedua adalah Bendungan Tapin di Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani yang diresmikan Presiden pada 18 Februari 2021 lalu. Pembangunan bendungan ini menghabiskan anggaran senilai Rp 986,5 miliar.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Tapin, Karliansyah mengatakan,pembangunan bendungan tersebut tidak melenyapkan adat dan budaya masyarakat Dayak Meratus yang mendiami Desa Pipitak Jaya. ‘’Pembangunan bendungan ini tidak lepas dengan pemangku adat,’’ ujar Karliansyah.
Salah satu yang membuat Karliansyah bangga sekaligus bersyukur adalah Kota Rantau sekarang sudah tidak kebanjiran lagi saat musim hujan. Padahal sebelumnya Rantau ini selalu menjadi langganan banjir. Bendungan Tapin lanjut Karliansyah, selain berfungsi sebagai penampungan air juga menjadi pembangkit listrik tenaga air 3,3 MW, irigasi pertanian yang mengairi 5.472 hektare sawah, cadangan air baku, dan pariwisata. Bendungan ini memiliki kapasitas jumbo 56,7 juta air.
Ribuan hektare sawah tersebut berada di Kecamatan Lokpaikat, Tapin Utara, Bakarangan, Tapin Tengah, Bungur, dan sebagian Candi Laras Selatan. Bendungan Tapin melengkapi waduk Riam Kanan yang lebih dulu berdiri di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar pada 1973.
Baca juga : Bupati: PON Papua Jadi Momentum Keberhasilan Jokowi-Ma'ruf
Jejak infrastuktur berikutnya adalah perluasan terminal baru Bandara Syamsudin Noor yang telah diresmikan pada 18 Desember 2019. Terminal baru ini memilik luas 77.569 meter persegi atau delapan kali lebih luas ketimbang terminal lama 9.043 meter persegi dan memiliki daya tampung 7 juta penumpang per tahun atau lima kali lebih besar ketimbang terminal lama.
Terminal baru ini dilengkapi 42 unit konter check-in, 4 conveyor belt, ruang tunggu seluas 5.185 meter persegi, 5 fixedbridge, area parkir seluas 34.360 meter persegi untuk kendaraan roda empat, dan 2.420 meter persegi untuk kendaraan roda dua. Ketika meresmikan Presiden berpesan agar keberadaan bandara tersebut dapat dikoneksikan ke kawasan wisata dan pusat-pusat industri untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan ekonomi.
“Apalagi Kalimantan Selatan sekarang menjadi salah satu provinsi penyangga ibu kota negara. Tentunya peran bandara menjadi sangat penting terhadap perekonomian Kalimantan Selatan,” pesan Presiden Jokowi saat itu. ADV