Sidebar

Menteri Swedia Sebut Afghanistan Sedang Menuju Kehancuran

Sunday, 24 Oct 2021 04:53 WIB
Warga Afghanistan membawa pasokan ke rumah mereka saat senja di Kabul, Afghanistan, Selasa, 14 September 2021. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumpulkan lebih dari $1,2 miliar dalam janji darurat Senin untuk membantu 11 juta warga Afghanistan menghadapi krisis kemanusiaan yang meningkat di tanah air mereka dan jutaan lainnya di tempat lain di wilayah itu ketika kepala hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan tentang langkah pertama Taliban dalam membangun kekuasaan di negara yang terkepung dan miskin itu.

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia Per Olsson Fridh mengatakan Afghanistan sedang menuju keruntuhan ekonomi yang berisiko membawa negara itu ke dalam krisis politik baru. Afghanistan telah terjerumus ke dalam krisis menyusul jatuhnya pemerintah yang didukung Barat dan Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus. Peristiwa itu memicu dihentikannya aliran miliaran dolar untuk ekonomi negara itu yang bergantung pada bantuan internasional.

"Kekhawatiran saya adalah bahwa negara ini berada di ambang kehancuran dan keruntuhan itu datang lebih cepat dari yang kita duga," kata Per Olsson Fridh kepada Reuters di Dubai, Sabtu (23/10)

Ia mengingatkan bahwa ekonomi Afghanistan yang terjun bebas dapat menyediakan lingkungan bagi kelompok teror untuk berkembang. Sebanyak 27 negara Uni Eropa, termasuk Swedia, meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa. Namun, banyak negara dan Bank Dunia telah menghentikan bantuan pembangunan bagi Afghanistan.

Swedia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan upaya melalui kelompok masyarakat sipil Afghanistan untuk mengamankan layanan dasar, kata Fridh, tetapi negara-negara lain perlu diyakinkan bahwa ini mungkin dilakukan tanpa melegitimasi penguasa baru Taliban. Namun, Fridh menegaskan bahwa Swedia tidak akan menyalurkan uang pembangunan melalui Taliban.

Gerakan tersebut telah menghadapi kritik internasional karena kegagalannya untuk menegakkan hak-hak warga Afghanistan sejak kembali berkuasa, termasuk mengizinkan anak perempuan mengakses pendidikan. Sebagian besar negara telah menutup kedutaan mereka di Kabul dan memindahkan kedutaannya ke Qatar, negara Teluk yang adalah lawan bicara utama antara Barat dan Taliban.

Negara-negara Eropa belum siap untuk membuka kembali kedutaan mereka di Kabul, kata Fridh.Ia menambahkan bahwa lebih banyak misi diplomatik akan dibuka di Qatar sebelum kembali ke Afghanistan.


Berita terkait

Berita Lainnya