Aktivis Perempuan Afghanistan Protes Lambatnya Respons Dunia
IHRAM.CO.ID, KABUL -- Para aktivis perempuan di Kabul, Afghanistan, mengacungkan papan bertuliskan "mengapa dunia menyaksikan kita mati dalam diam?” dalam aksi protes yang digelar Selasa (26/10). Mereka memprotes kelambanan masyarakat internasional terhadap krisis di Afghanistan.
Sekitar selusin wanita mengambil resiko dari kemarahan Taliban dengan turun ke jalan sembari memegang spanduk yang menegaskan 'hak atas pendidikan' dan 'hak untuk bekerja'. Kelompok Taliban kemudian menghalangi pers mendekati aksi protes tersebut.
Sebelumnya, Taliban melarang aksi demonstrasi dan menutupnya dengan menggunakan kekerasan sejak mengambil alih kekuasaan pada Agustus lalu.
"Kami meminta Sekjen PBB untuk mendukung hak kami, atas pendidikan, untuk bekerja. Kami kehilangan segalanya hari ini," kata salah satu penyelenggara Gerakan Spontan Aktivis Perempuan di Afghanistan, Wahida Amiri, kepada AFP, dilansir di Al Arabiya, Rabu (27/10).
Aksi demonstrasi mereka menyikapi situasi politik, sosial dan ekonomi di Afghanistan awalnya direncanakan digelar di dekat misi PBB di Afghanistan (UNAMA). Namun, aksi mereka dipindahkan pada menit terakhir ke pintu masuk bekas Zona Hijau, di mana gedung-gedung dari beberapa kedutaan Barat berada. Sebagian besar misi diplomatik itu meninggalkan Afghanistan ketika Taliban mengambil alih.
Orang-orang bersenjata Taliban di pintu masuk menuju area ultra-aman itu awalnya meminta para demonstran dan pers untuk menjauh. Seorang reporter AFP kemudian melihat bala bantuan dari selusin penjaga Taliban, kebanyakan dari mereka bersenjata, mendorong mundur para jurnalis dan menyita telepon genggam seorang reporter lokal yang merekam protes tersebut.
"Kami tidak menentang Taliban, kami hanya ingin berdemonstrasi secara damai," kata Amiri.
Aksi demonstrasi simbolis oleh kaum perempuan telah menjadi kejadian biasa di Kabul dalam beberapa pekan terakhir, karena Taliban masih belum mengizinkan mereka untuk kembali bekerja atau mengizinkan sebagian besar anak perempuan pergi ke sekolah.
Kamis lalu, sekitar 20 wanita diizinkan untuk menggelar aksi pawai selama lebih dari 90 menit. Akan tetapi, beberapa wartawan asing dan lokal yang meliput aksi protes itu dilaporkan dipukuli oleh para pejuang Taliban.