Pariwisata Sleman Bersiap Hadapi Cuaca Ekstrim

Dampak terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi semakin tinggi.

Wihdan Hidayat / Republika
Pariwisata Sleman Bersiap Hadapi Cuaca Ekstrim (ilustrasi).
Rep: Wahyu Suryana Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pemkab Sleman meminta sektor pariwisata melakukan antisipasi menanggapi peningkatan curah hujan. Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa mengatakan, koordinasi dilakukan ke instansi-instansi agar melakukan antisipasi.


Pemkab Sleman telah pula mengeluarkan surat edaran ke setiap destinasi wisata terkait dampak bencana hidrometeorologi. Untuk melakukan kesiapsiagaan dan edukasi ke penggiat wisata mempersiapkan diri ketika ada bencana datang.

Untuk penanganan bencana, Pemkab Sleman mempersiapkan dua anggaran, Biaya Tidak Tetap (BTT) dan anggaran bantuan bencana sesuai Perbup 37/2016. Saat ini, dikaji bantuan kerusakan agar bisa 100 persen bagi warga tidak mampu.

"Pemberian bantuan kepada warga terdampak bencana dulu mendapat 30 persen dari kerusakan, baru kita kaji untuk bisa 100 persen bagi warga tidak mampu karena secara geografis Sleman rawan bencana dan tidak tahu datangnya," kata Danang, Selasa (2/11).

Berdasarkan rilis BMKG, pengaruh La-Nina di DIY berdampak ke peningkatan intensitas curah hujan bulanan di atas normal atau rata rata. Pada awal musim penghujan Oktober-November akan berdampak cukup tinggi sekitar 60 persen.

Sedangkan, jika La-Nina masih berlanjut hingga musim penghujan Desember 2021-Februari 2020, maka dampak semakin turun sekitar 20-60 persen. Meski persentase peningkatan curah hujan lebih kecil, tapi tetap tidak boleh lengah.

"Dampak terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi semakin tinggi, terlebih pada puncak musim hujan Januari 2022," ujar Danang.

Sleman dihadapkan ancaman bencana multi hazard. BPBD Sleman turut menyiapkan 69 personel meliputi Tim Reaksi Cepat, operator EWS, operator Pusdalop dan logistik 24 jam mempersiapkan penanganan ancaman bencana.

Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dispar Sleman, Aris Herbandang menjelaskan, dalam mengantisipasi ancaman bencana mereka menggandeng BPBD. Salah satunya melaksanakan pelatihan mitigasi bencana.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan atas potensi bencana alam bagi pengelola wisata di Sleman. Mereka menginstruksikan untuk melakukan koordinasi pemantauan cuaca, terutama wisata yang rawan ancaman bencana.

Mulai dari jip-jip Merapi sampai desa-desa wisata yang memiliki agenda susur sungai. Menurut Bandang, dalam mengantisipasi bencana diperlukan kesadaran pengamanan secara kolektif, tidak hanya pelaku wisata namun juga wisatawan.

Saat ini, penggunaan aplikasi Peduli Lindungi dan penerapan CHSE terus didorong. Bandang menekankan, penggunaan aplikasi ini tidak boleh menjadi hambatan karena wisata-wisata di Sleman relatif dekat dan sudah terkoneksi. 

"Bila pengunjung sudah mencapai batas wisatawan bisa dialihkan ke lokasi lain," kata Bandang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler