Asteroid Lintasi Bumi Sangat Dekat, tak Terdeteksi Ilmuwan
Asteroid melintasi Bumi pada jarak 100 kali lebih dekat dibandingkan Bulam.
.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Dwi Murdaningsih
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) biasanya melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam melacak asteroid relatif dekat yang jalurnya melintasi orbit bumi. Namun, di akhir pekan lalu terakhir ternyata sebuah asteroid kecil seukuran lemari es menempuh jarak sekitar 3.000 kilometer (km) melewati bumi.
Baca Juga
Dikutip dari laman ZME Science, Selasa (2/11), asteroid ini tidak terdeteksi oleh NASA. Asteroid yang dimaksud dikenal sebagai 2021 UA1 yang merupakan asteroid ketiga tak memiliki dampak dalam catatan sejarah.
Tidak ada yang terluka dan kerusakan yang dilaporkan terdampak asteroid ini. Para astronom memperkirakan bahwa 2021 UA1 memiliki diameter hanya 2 meter. Titik terdekat pendekatannya adalah di atas Antartika. Asteroid ini berada pada jarak 100 kali lebih dekat ke bumi dibandingkan bulan. Beruntung, posisinya masih lebih jauh dibandingkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) berawak yang mengorbit bumi sekitar 400 kilometer di atas permukaan.
Karena ukurannya yang kecil, jika 2021 UA1 memasuki jalur tabrakan dengan bumi, pasti akan hancur dan diuapkan oleh atmosfer. Peristiwa asteroid yang signifikan terjadi pada 2013 lalu, saat asteroid selebar 17 meter meledak di atas Chelyabinsk.
Peristiwa itu mengirimkan gelombang kejut yang menghancurkan jendela di enam kota dan melukai lebih dari 1.500 orang. Asteroid Chelyabinsk berukuran sekitar 20 kali lebih besar dibandingkan 2021 UA1.
Meskipun 2021 UA1 terbukti tidak berbahaya, fakta bahwa ia dapat melewati manusia tanpa terdeteksi sangat mengkhawatirkan. Itu juga mengungkapkan lemahnya sistem pemantauan asteroid oleh manusia.
Menyempurnakan teknologi
Sebagian besar objek yang dilacak oleh NASA dan badan antariksa lainnya berada di depan yang berarti arah perjalanan mereka menuju bumi dan matahari. Namun, 2021 UA1 datang dari mendekati tata surya bagian dalam, yaitu dari matahari menuju bumi.
Matahari sangat silau sehingga sangat sulit untuk melihat asteroid ini, terutama jika mendekat saat siang hari. Pertemuan asteroid ini membantu para ilmuwan untuk menyempurnakan teknologi dan perangkat lunak mereka.
NASA juga berencana untuk meluncurkan teleskop luar angkasa Surveyor Near-Earth Object (NEO) di 2026 yang akan mengorbit antara bumi dan matahari. Itulah titik pandang yang sempurna untuk memantau asteroid yang datang dari matahari menuju tata surya luar.
Kendati demikian, aman untuk mengatakan bahwa pemantauan dan defleksi asteroid masih dalam tahap awal. Kesalahan seperti ini adalah pelajaran berharga yang akan membantu para ilmuwan menjadi lebih baik seiring dengan berjalannya waktu, selama itu belum terlambat.
Bahkan jika NASA mendeteksi asteroid, teknologi dan kemampuan responsnya sangat kurang. Itulah sebabnya pada 24 November mendatang NASA berencana untuk melakukan Double Asteroid Redirection Test (DART), yang jadi misi pertama umat manusia yang akan menguji pertahanan planet.
Menurut pernyataan NASA, misi itu dapat membantu dunia mencari cara untuk mengalihkan asteroid yang berpotensi berbahaya agar tidak menabrak Bumi. DART akan menguji rencana pertahanan asteroid yang disebut teknik penabrak kinetik.
Pesawat ruang angkasa DART, yang akan diluncurkan dari roket SpaceX Falcon 9 seharusnya melakukan perjalanan lebih dari 11 juta kilometer dan menabrak Dimorphos, asteroid selebar 150 meter. Dimorphos hanyalah latihan target karena tidak menimbulkan ancaman bagi bumi.
Idenya adalah untuk berdampak pada asteroid dengan energi yang cukup untuk mengalihkan jalurnya dari Bumi.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler