Demonstrasi Besar-besaran Warnai KTT Perubahan Iklim

Puluhan ribu pengunjuk rasa menuntut tindakan lebih berani demi atasi perubahan iklim

EPA/Andy Rain
Puluhan ribu pengunjuk rasa menuntut tindakan lebih berani demi atasi perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia pada Sabtu (6/11).
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Puluhan ribu pengunjuk rasa berbaris melalui pusat kota Glasgow yang hujan dan di banyak kota lain di seluruh dunia pada Sabtu (6/11). Mereka menuntut tindakan yang lebih berani pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim COP26.

Mahasiswa, aktivis, dan warga yang peduli dengan iklim bergandengan tangan saat bergerak perlahan melalui jalan-jalan di kota Skotlandia, tuan rumah pertemuan COP26 yang dimulai pada awal pekan ini. Beberapa mendorong anak-anak di kereta bayi, beberapa menari agar tetap hangat. Polisi mengawasi prosesi dari samping kerumunan.

"Senang rasanya mendengar suara Anda. Bahkan dengan hujan, saya pikir itu membuatnya sedikit lebih dramatis," kata Kim Travers dari Edinburgh.

Hanya beberapa blok dari demonstrasi damai itu, negosiasi ruang belakang berlanjut pada pertemuan COP26. Di atas panggung, para pembicara membunyikan alarm atas ancaman pemanasan global terhadap ketahanan pangan.

Sejak pembicaraan iklim dimulai, delegasi nasional telah bekerja untuk menyepakati rincian teknis untuk pakta akhir. Hasil tersebut akan diumumkan pada akhir konferensi setelah negosiasi lebih lanjut pekan ini.

Pekan pertama juga melihat negara-negara membuat banyak janji untuk menghapus batu bara, memangkas emisi gas rumah kaca metana, dan mengurangi deforestasi. Para pemimpin bisnis dan pemodal berjanji untuk berinvestasi lebih banyak dalam solusi iklim.

Akan tetapi para aktivis menuntut agar pertemuan itu membuat lebih banyak kemajuan. Desakan ini pun tumpah ke jalanan dan dihadiri oleh demonstran dari segala rentang usia.

Seorang nenek dari Edinburgh, Ros Cadoux, mengatakan dia datang untuk berbaris untuk generasi mendatang. "Jika Anda punya anak dan cucu, Ya Tuhan, apa lagi yang bisa Anda lakukan?" ujarnya.

Spanduk warna-warni memuat slogan-slogan mulai dari seruan sungguh-sungguh untuk "Keadilan Iklim Sekarang," hingga yang lebih lucu "Tidak ada planet = tidak ada bir". Satu kelompok berseru mengikuti suara drum dan meneriakkan Get Up, Get Down, Keep that Carbon in the Ground.

"Krisis iklim adalah tentang kelangsungan hidup umat manusia seperti yang kita ketahui. Terserah pemuda dan pekerja, kelas pekerja, untuk membawa perubahan yang diperlukan," kata Philipp Chmel yang melakukan perjalanan dari Jerman untuk pawai itu. Aktivis iklim mengadakan rapat umum di banyak kota lain, termasuk Seoul, Melbourne, Kopenhagen, dan London.

Baca Juga


sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler