Cakupan Vaksinasi Tinggi, Kasus Covid-19 Kok Melonjak?
Kasus Covid-19 bisa melonjak di wilayah dengan cakupan vaksinasi tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 99,5 persen warga Waterford yang berusia di atas 18 tahun telah menerima dua dosis vaksin Covid-19. Akan tetapi, kota tersebut juga memiliki tingkat kasus Covid-19 tertinggi dibandingkan kota-kota lain di Irlandia.
Berdasarkan data Health Protection Surveillance Centre, Waterford memiliki angka kasus Covid-19 yang jauh lebih tinggi dibandingkan angka nasional di Irlandia. Kasus Covid-19 di Waterford menembus angka 1.294 kasus per 100 ribu penduduk.
Salah satu warga Waterford, Tom Gallagher, merasa tak percaya akan tingginya kasus Covid-19 di kotanya. Gallagher juga hampir kehilangan nyawanya akibat Covid-19.
Gallagher sempat dirawat selama 66 hari sampai menggunakan alat bantu ventilator di rumah sakit. Saat ini, ia masih mengalami gejala long Covid dan paru-parunya mengalami kerusakan akibat penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 tersebut.
Gallagher menilai, tingginya kasus Covid-19 di wilayah dengan cakupan vaksinasi tinggi turut dipengaruhi oleh kesalahan persepsi kebanyakan orang mengenai vaksinasi. Ia mengatakan, ada banyak orang yang mengira mereka menjadi kebal terhadap Covid-19 karena sudah mendapatkan vaksin.
"Padahal, jelas tidak demikian," jelas Gallagher.
Pendapat Gallagher diperkuat oleh beberapa ilmuwan. Mereka mengungkapkan bahwa masih banyak orang yang mengira dirinya kebal terhadap Covid-19 karena sudah vaksinasi. Pemikiran seperti ini bisa saja membuat mereka lengah untuk menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan.
Padahal, tujuan utama dari vaksinasi Covid-19 adalah untuk menekan tingkat keparahan dan kematian pada kasus Covid-19. Di Irlandia, hal ini sudah tercapai dari mulai menurunnya kasus-kasus Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Fungsi dari vaksin adalah mencegah orang sakit parah dan kematian, itu tujuan utamanya, dan vaksin telah membantu tercapainya kondisi itu," ungkap ahli imunologi dari Trinity College Dublin Profesor Luke O'Neill, seperti dilansir Sky News, Senin (8/11).
Profesor O'Neill menilai, kondisi di Irlandia mungkin akan lebih buruk dibandingkan saat ini tanpa adanya cakupan vaksinasi yang luas. Negara tersebut bahkan bisa didorong untuk melakukan lockdown penuh tanpa adanya vaksinasi di tengah merebaknya varian delta yang mudah menular.
"Rumah sakit akan penuh dengan pasien Covid-19 dan semua bukti mendukung itu," ujar Profesor O'Neill.
Kepala Behavioural Research Unit (BRU) Prof Pete Lunn mengatakan, pelonggaran pembatasan sosial yang diterapkan saat ini di Irlandia membuat aktivitas masyarakat kembali meningkat. Di saat yang sama, ada semakin banyak orang yang mengabaikan beragam protokol kesehatan yang diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19, seperti menjaga jarak dua meter dari orang lain dan menggunakan masker.
Persepsi mengenai risiko di suatu lokasi pun turut memengaruhi terjadinya peningkatan kasus Covid-19, meski cakupan vaksinasi luas. Sebagai contoh, banyak orang merasa lebih aman berada di tengah teman-teman mereka di pub dibandingkan saat berada di dalam moda transportasi umum. Padahal, risiko tertular Covid-19 lebih besar bila berada di dalam pub.
Di samping itu, peningkatan kasus saat ini juga bisa dipicu oleh keterlambatan program vaksinasi. Varian delta sudah lebih dahulu datang ke Irlandia sebelum program vaksinasi digulirkan untuk masyarakat luas.
Faktor lain yang juga dinilai turut berperan adalah tingginya mobilisasi antara Irlandia dan Inggris. Seperti diketahui, Inggris memiliki kasus Covid-19 yang lebih tinggi dibandingkan Irlandia.
Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban memperingatkan masyarakat supaya tak menganggap enteng Covid-19. Ia mengkhawatirkan potensi kebangkitan Covid-19 di Tanah Air, seperti yang sedang terjadi di Eropa.
Prof Zubairi memantau peningkatan penderita Covid-19 di Benua Biru. Fenomena ini terjadi karena dilandasi sejumlah faktor, salah satunya diduga lantaran menganggap remeh Covid-19 dengan tak lagi memakai masker.
"Kebangkitan Covid-19 Eropa karena beberapa (negara) cabut pembatasan dan lepas masker," kata Prof Zubairi di akun Twitter resminya yang dikutip Republika.co.id pada Senin (8/11).