3 Merek Vaksin Sudah Dapatkan EUA untuk Anak di Luar Negeri
Dana untuk pengadaan vaksinasi anak akan masuk ke anggaran tahun depan.
REPUBLIKA.CO.ID, Nawir Arsyad Akbar, Febryan A, Lintar Satria
JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sudah ada tiga vaksin untuk anak yang telah memperoleh izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) di luar negeri. Ketiganya adalah Sinovac, Sinopharm, Pfizer.
"Jadi vaksinasi anak ini yang sudah mendapatkan EUA di luar itu sebenarnya ada tiga, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan terakhir Pfizer, Dengan kondisi yang berbeda dan juga packaging yang berbeda," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (8/10).
Ia menjelaskan, vaksin Sinovac dan Sinopharm disuntikkan kepada anak dengan takaran yang sama. Namun, untuk Pfizer itu dosisnya diturunkan dari 10 mikrogram menjadi 3 mikrogram.
"Dan sama juga bapak ibu, vaksinasi anak ini diberikan di negara-negara sesudah umumnya tercapai 50 persen vaksinasi," ujar Budi.
Indonesia sendiri akan memvaksin 26,4 juta anak berusia 6 sampai 11 tahun. Untuk itu, kemungkinan pemerintah membutuhkan 58,7 juta dosis vaksin untuk anak, tetapi belum masuk ke dalam anggaran.
"Tapi kita sudah persiapkan ini dimasukkan ke anggaran tahun depan, baik booster satu kali untuk yang PBI (penerima bantuan iuran), maupun juga untuk anak ini sudah kita rencanakan untuk masuk ke anggaran tahun depan," ujar Budi.
Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) angkat bicara mengenai anak usia 6 hingga 11 tahun yang bisa disuntik vaksin Covid-19. IDAI mengatakan, anak yang memiliki penyakit bawaan yang menjalani pengobatan memang belum bisa divaksin Covid-19 namun bagi yang terkontrol sebelumnya bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak yang biasa merawatnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, pada umumnya anak berbeda dengan orang dewasa yang sudah punya banyak penyakit penyerta (komorbid). "Ada orang dewasa yang obesitas, menderita diabetes mellitus, hipertensi. Pada umumnya, anak-anak sedikit sekali kontra indikasi vaksinasi," katanya saat mengisi konferensi virtual Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bertema 'Apakah Vaksinasi Usia 6-11 Tahun Sudah Dapat Dilakukan?', Sabtu (6/11).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedang mempersiapkan EUA atau izin penggunaan darurat vaksin Sinovac untuk anak usia 3 tahun ke atas. Untuk hal itu, BPOM masih menunggu data lengkap terkait vaksinasi anak usia 3 tahun ke atas.
"Karena memang usia tersebut lebih rentan, saya kira butuh data lebih lengkap untuk aspek keamanannya," kata Kepala BPOM Penny K Lukito, dalam rapat dengan pendapat dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (8/11).
Selain itu, kata Penny, pihaknya juga tengah mempersiapkan UEA vaksin Sinopharm bagi anak usia 6-11 tahun. Sedang dipersiapkan pula EUA vaksin merek Pfizer untuk anak usia 5 tahun ke atas.
Sebelumnya, Penny mengatakan, vaksin Sinovac aman dan ampuh membentuk kekebalan anak usia 6-11 tahun. Hasil uji klinis menunjukkan bahwa tingkat imunogenisitas atau kemampuan vaksin Sinovac dalam memicu respons imun tubuh pada anak usia 6-11 tahun lebih besar dibandingkan pada orang dewasa.
"Tingkat imunogenisitas pada anak 96,15 persen, dewasa 89,04 persen. Dari sisi keamanan, Sinovac juga aman untuk anak usia 6-11 tahun," kata Penny dalam konferensi pers, Senin (1/11).
Di Amerika sendiri, Badan Obat-obatan dan Makanan (FDA) mengizinkan vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech diberikan pada anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun. Suntikan vaksin akan segera diberikan pada kelompok anak-anak tersebut.
FDA mengizinkan pemberian 10 mikrogram dosis vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak. Lebih rendah dari kelompok usia 12 tahun ke atas yang sebanyak 30 mikrogram. Para penasihat FDA mengatakan dosis yang lebih rendah dapat memitigasi sejumlah efek sampings seperti peradangan jantung, atau miokarditis yang jarang terjadi yang terjadi pada vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna terutama pada laki-laki muda.