Sidebar

1997, Sebanyak 70 Persen Jamaah Umroh Terpapar Meningitis

Friday, 12 Nov 2021 09:45 WIB
1997, Sebanyak 70 Persen Jamaah Umroh Terpapar Meningitis. Foto ilustrasi: Petugas Haji Arab Saudi sedang diberikan vaksin meningitis oleh petugas kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Bandara Soekarno-Hatta di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (1/5).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Wabah meningitis kembali terjadi antara tahun 1993 dan 1996 dengan jumlah kasus yang lebih sedikit. Kemudian di tahun 1997 wabah meningitis terjadi kembali di saat Ramadhan.

Baca Juga


"Pada tahun ini lebih dari 70 persen kasus terjadi pada jamaah umroh," tulis M Imran S Hamdani dalam bukunya Ibadah Haji di Tengah Pandemi Covid-19 Penyelenggaraan Berbasis Resiko. 

Sebagian besar dari mereka terjangkit varian serogroup A dan sebagian kecil terjangkit dari mutasi baru, yaitu serogroup W135 yang ditengarai menjadi sebab pada kejadian obat tersebut.

Pada tahun 2000, tidak lama setelah musim haji selesai dilaporkan lebih dari 400 kasus meningitis dialami jamaah haji dan kerabat yang kontak erat dengan jamaah haji setelah kembalinya jamaah dari ibadah haji. Saat itu, kasus meningitis ditemukan di 16 negara termasuk Indonesia. 

"Inilah kasus epidemi meningitis terluas yang pernah tercatat disebabkan oleh serogroup W135 dengan angka kematian dan angka kesakitan yang tinggi," katanya.

Serogroup W135 bermutasi dan menjadi lebih cepat menyebar dengan gejala yang lebih parah dari sebelumnya. Kemudian, pada musim Haji 2001 sekitar bulan Februari kasus meningitis kembali terjadi.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan 109 kasus positif dirawat di rumah sakit setempat dan 35 di antaranya meninggal dunia.Lebih dari setengah kasus yang dilaporkan disebabkan oleh varian W135. Jamaah haji Indonesia tidak luput dari wabah ini.

Abdullah dan kawan-kawan dalam laporannya berjudul "Meningococcal Carriage Among Haji in Makkah, 1421 H yang dimuat dalam buletin Saudi Epidemologi (2002) melaporkan kejadian terkait wabah ini yang terjadi di delapan negara, termasuk Indonesia.

"Pada masa sebelum Arafah, ditemukan satu jamaah haji Indonesia menjadi Carrier kasus meningitis. Setelah proses Haji, kasusnya meningkat menjadi 6 kasus, semuanya terpapar varian W135," katanya.

Berdasarkan kenyataan epidemiologi tersebut, pemerintah Kerajaan Arab Saudi mewajibkan pemberian vaksin Polisakarida Quadrivalent Meningokokus bagi jamaah haji dan umroh pada bulan Mei 2001. Vaksin ini merupakan pengembangan dari jenis vaksin sebelumnya untuk memenangkan varian baru. 

Istilah quadrivalent mengacu pada serogroup A,C,W135, dan Y yang berpotensi menyebabkan wabah meningitis. Vaksin jenis polisakarida ini hanya memberikan perlindungan jangka pendek dan tidak dapat mencegah carrierserta transmisi penyakit.

Namun, pada tahun 2005 vaksin quadrivalent meningokokus jenis konjugasi dikembangkan dan bekerja lebih efektif karena memberikan perlindungan jangka panjang hingga 3 tahun. Selain itu, vaksin tersebut juga dapat mencegah carrier dan transmisi penyakit lebih baik daripada vaksin sebelumnya.

Meskipun jenis vaksin yang lebih baik telah ditemukan, tindakan pencegahan dan pelacakan kasus meningitis masih terus dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi ancaman varian baru. 

"Bahkan saat ini serogroup B menjadi perhatian karena berpotensi menimbulkan wabah baru meningitis," katanya.

 

 

 

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya