Sidebar

Militer Israel Berencana Lewati Sejumlah Kota Arab

Saturday, 13 Nov 2021 09:28 WIB
Tentara Israel di daerah perbatasan setelah roket ditembakkan dari sisi Lebanon, 06 Agustus 2021. Sedikitnya sepuluh roket ditembakkan dari sisi perbatasan Lebanon ke Israel pada 06 Agustus dan Israel membalas dengan tembakan artileri. Tentara Israel mengatakan sebagian besar roket dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara IDF sementara sisanya mendarat di daerah terbuka yang berdekatan dengan Har Dov.

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV -- Kepala Logistik Militer Israel Mayor Jenderal Yitzhak Turgeman mengatakan pasukan Israel akan melewati sejumlah kota-kota mayoritas Arab saat menuju medan tempur. Ia menyinggung pelajaran dari kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza bulan Mei lalu. 

Masyarakat Arab yang sebagian besar muslim merupakan seperlima dari populasi Israel, banyak yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Palestina. Unjuk rasa menentang penyerangan ke Gaza mendorong konfrontasi mematikan antara warga Arab dengan polisi dan warga Yahudi.   



Turgeman mengatakan sejak itu militer Israel telah menandai 1.600 kilometer jalur berlumpur yang dapat digunakan sebagai jalan alternatif dalam masa perang. Ia juga akan mendirikan unit-unit anti huru-hara untuk melindungi konvoi tentara. 

"Saya sangat khawatir dengan dampak gangguan kekerasan pada keamanan internal dan pergerakan konvoi," kata Turgeman pada surat kabar Maariv seperti dikutip Alarabiya, Sabtu (13/11). 

Ia mengatakan saat ini pengerahan pasukan skala besar tidak mungkin melalui Wadi Ara. Jalan lembah di antara kota-kota Arab yang mengarah ke utara Lebanon dan Suriah. 

"Pada masa perang, IDF (Angkatan Bersenjata Israel) akan melakukan yang benar dalam membawa unit-unit itu ke teater tempur secepat mungkin dan kami memiliki cukup alternatif," kata Turgeman. 

Pernyataan ini disampaikan setelah tersebar video di media sosial yang memperlihatkan kendaraan militer bergerak menuju Umm al-Fahm, salah satu kota Arab, selama latihan tempur. Kota itu mengeluarkan surat terbuka mengecam kehadiran militer 'yang tidak bisa diterima dan melukai perasaan warga'. 

Warga Arab Israel sudah lama mengeluhkan diskriminasi dan diabaikan negara. Perdana Menteri Naftali Bennett yang koalisi pemerintahannya mencakup partai Islam berusaha memperbaiki hubungan dengan menindak keras kejahatan yang mewabah di komunitas itu. 

Menteri Keamanan Internal Israel Omer Barlev mengatakan operasi polisi menyita senjata api dari komunitas Arab Israel merupakan tindak perlindungan pada operasi militer di masa depan. 

"(Bila tidak ada tindakan semacam itu, maka dalam perang) tiba-tiba muncul 100 orang Arab Israel bersenjata turun ke jalan atau arteri dan menahan sebuah divisi selama 48 jam yang harus segera ditempatkan dikerahkan ke perbatasan Lebanon dalam waktu 24 jam," kata Berlev pada Army Radio bulan lalu. 

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya