PTPN XIV Genjot Produksi Sawit di Sulsel

Peningkatan produktivitas sawit akan meningkatkan pendapatan petani plasma.

Antara/Akbar Tado
Pekerja mengumpulkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit (ilustrasi). PTPN XIV menggenjot produksi sawit.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Manajer Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN XIV Wardi Samad mengatakan, PTPN XIV kini menggenjot produksi sawit yang dikembangkan di kebun petani/kebun plasma seluas 30 ribu hektare (ha) di Sulawesi Selatan.

"Sebagian petani masih menanam bibit yang kurang baik berjenis Dura, sehingga harus digenjot produksinya," kata Wardi di Makassar, Ahad (14/11).

Walaupun sebagian petani saat ini sudah melakukan replanting dengan bibit yang lebih baik varietas Tenera, tapi produktivitas di Sulawesi masih dibawah 10 ton per ha. Meskipun, ada juga yang sudah lebih dari 15 ton ha.

Menurut dia, Sumatra yang menjadi daerah pertama pengembangan sawit di Indonesia, produktivitas sudah ada yang mencapai lebih 30 ton per ha yang bibitnya berasal dari Pusat Penelitian Perkebunan Sawit (PPKS) yang berpusat di Medan. Dengan harga TBS saat ini di atas Rp 2.000 per kg, maka dengan peningkatan produktivitas per hektar dari 10 ton per ha menjadi 20 ton per ha, maka potensi peningkatan pendapatan petani sekitar Rp 20 juta per ha per tahun atau Rp 600 miliar per tahun dari luasan areal plasma sekitar 30 ribu ha di Sulawesi Selatan.

Wardi mengatakan, areal plasma sawit di tahun 80-an selain merupakan binaan dari PTPN. Pembangunan perkebunan sawit rakyat/plasma saat itu yang didanai Bank Dunia (program NES VII) dibantu pembangunannya mulai dari land clearing, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) oleh PTPN.

Selanjutnya diserahkan ke petani binaan untuk dipanen dan dirawat secara berkesinambungan. Sementara dalam program replanting juga mengoptimalkan sumber daya lokal di Kabupaten maupun di Provinsi Sulsel.

Berkaitan dengan hal tersebut, PKS Luwu tetap mengupayakan replanting atau peremajaan on farm untuk tanaman tua yang berumur diatas 25 tahun, agar setiap areal HGU kembali produktif. Selain itu, juga melakukan perbaikan dan peremajaan off farm/peralatan pabrik dan alat berat atau alat mesin pertanian, dan lain-lain yang tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Baca Juga


 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler