Ekonomi Jepang Kontraksi Akibat Konsumsi dan Ekspor Menyusut
PDB Jepang pada kuartal III 2021 turun 0,8 persen dari kuartal sebelumnya.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ekonomi Jepang menyusut menjadi 3 persen pada kuartal III (Juli-September) 2021. Itu disebabkan konsumsi swasta dan produksi mobil terpukul dari upaya untuk mengekang pandemi virus corona.
Seperti dilansir dari AP, Selasa (16/11), produk domestik bruto Jepang, yang mengukur nilai produk dan jasa suatu negara, turun 0,8 persen dari kuartal sebelumnya, kata Kantor Kabinet, Senin (15/11) kemarin.
Diketahui, ekonomi terbesar ketiga di dunia itu tumbuh 0,4 persen pada kuartal II dan menyusut 1,1 persen pada Januari-Maret. Jepang tidak pernah melakukan lockdown untuk virus corona. Tetapi secara berkala meminta bisnis untuk menutup atau membatasi jam di bawah keadaan darurat. Kondisi itu mendorong adanya pembatasan aktivitas sosial.
Itu telah membatasi konsumsi dan investasi swasta. Konsumsi swasta merosot 1,1 persen pada Juli-September dari kuartal sebelumnya, menurut data Senin.
Kekurangan chip komputer dan suku cadang lain yang diperlukan untuk produksi kendaraan telah menjadi masalah serius selama berbulan-bulan karena penguncian di negara-negara Asia yang memproduksinya.
Produksi dan penjualan pembuat mobil Jepang telah menderita. Namun begitu situasi di Asia Tenggara mereda, produksi diperkirakan akan pulih dalam beberapa bulan ke depan. Toyota Motor Corp, produsen mobil terbesar di Jepang, baru-baru ini mengatakan bahwa produksi kemungkinan akan kembali normal bulan depan.
Data PDB riil awal dan penyesuaian musiman juga menunjukkan ekspor merosot 2,1 persen pada periode Juli-September dari kuartal sebelumnya. Pemerintah telah berusaha untuk menekan infeksi sambil menjaga ekonomi tetap berjalan.
Perdana Menteri yang baru terpilih Fumio Kishida telah berjanji untuk memperluas kapasitas rumah sakit untuk pasien virus corona dan memberikan bantuan keuangan. Pendahulunya tidak disukai publik karena persepsi luas bahwa pemerintahnya tidak berbuat cukup untuk memerangi virus.
Sekitar 76 peren populasi Jepang telah divaksinasi sepenuhnya, tetapi kekhawatiran berkembang tentang kemungkinan gelombang infeksi baru. Jepang belum mengumumkan rencana konkret untuk suntikan booster. Jepang telah melaporkan sekitar 18.000 kematian terkait Covid-19.
Naoya Oshikubo, ekonom senior di SuMi TRUST, mengatakan pemulihan ekonomi akan datang setelah virus corona terkendali.
“Bintang-bintang sekarang selaras untuk pemulihan yang cepat. Keadaan darurat dicabut pada akhir September, sehingga lonjakan tajam dalam belanja konsumen, dengan lebih banyak orang makan di luar dan pergi ke bioskop, klub, teater, dan bentuk hiburan publik lainnya, sedang berlangsung,” kata Oshikubo dalam sebuah laporan baru-baru ini.
Beberapa analis memperkirakan PDB Jepang akan tumbuh pada kuartal IV Oktober-Desember.