Masjid Turk: Warisan Lintas Budaya di Pakistan
Orang Turki membangun sebuah bangunan masjid dengan struktur megah.
REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Desain terkemuka oleh arsitek Turki selalu berhasil mencapai ketenaran global. Orang Turki membangun sebuah bangunan dengan struktur yang luar biasa dan megah sepanjang sejarah.
Sebuah studi arsip mengungkapkan arsitektur Turki adalah puncak dari desain lintas budaya yang dipengaruhi oleh gaya Seljuk, Bizantium, Mamluk Islam dan Iran. Namun, orang Turki khususnya mendapatkan tempat dalam desain arsitektur dan naik ke puncak pada periode Ottoman.
Keberadaan masjid yang mencolok termasuk di antara struktur penting arsitektur era Ottoman. Salah satu fitur utama masjid Utsmaniyah adalah kubah tengahnya yang ikonik, diikuti serangkaian kubah kecil, tiang penopang, serta menara berbentuk pensil lainnya.
Penggabungan fitur-fitur ini cukup untuk membuat bangunan masjid menjadi struktur simbolis. Beberapa contoh masjid Ottoman adalah Masjid Süleymaniye Istanbul yang dibangun oleh arsitek Ottoman terkenal Mimar Sinan di bawah naungan Suleiman I atau Suleiman the Magnificent, serta Masjid Sultanahmet yang juga dikenal sebagai Masjid Biru.
Dilansir di //Daily Sabah//, Rabu (17/11), fitur arsitektur serupa dapat dilihat pada bangunan monumental di India dan Pakistan. Tak hanya itu, orang Turki juga sangat berkontribusi pada arsitektur nasional Pakistan di masa lalu.
Arsitek Turki Vedat Dalokay, misalnya, merancang sebagian besar bangunan terkemuka di Pakistan, seperti Summit Minar dan yang terpenting adalah Masjid Faisal di Islamabad. Seiring dengan ikatan arsitektur antara kedua negara, Pakistan juga memiliki sebuah masjid yang disebut “Masjid Turk” di distrik selatan Karachi.
Para sejarawan arsitektur Pakistan tidak memiliki banyak detail tentang pendirian masjid ini, selain fakta bangunan tersebut didirikan pada pertengahan abad ke-19, lebih tepatnya tahun 1863.
Sebuah plakat di atas salah satu gerbang masuk masjid bertuliskan masjid itu dibangun pada 1280 dalam kalender Islam, yang bertepatan dengan tahun 1863 dalam kalender Gregorian. Namun, tidak disebutkan siapa pembuatnya.
Diketahui, masjid itu sebagiannya telah direkonstruksi beberapa kali. Lantai masjid yang juga direkonstruksi dua dekade lalu ini pada awalnya dibangun dengan menggunakan batu kuning, tetapi marmer putih kini digunakan dalam rekonstruksi.
Masjid Turk adalah kombinasi sempurna antara arsitektur Mughal dan Turki. Bagian luar gedung berlantai tiga itu dicat hijau dan putih dengan ruang shalat umum yang besar di lantai dasar, yang telah dibagi menjadi satu bagian besar dan dua bagian kecil.
Dinding masjid terbuat dari marmer dan memiliki jendela kayu besar. Interior masjid dihias dengan baik, dengan lampu gantung besar terbuat dari cermin putih, sementara lampu putih menghiasi dinding di kedua sisi dan menonjolkan pilar.
Ada ceruk doa “mihrab” di dalam masjid, menunjukkan arah kiblat, yang merupakan arah Ka'bah di Makkah. Imam masjid memimpin doa dan khotbah di mihrab. Mihrab ini juga dihiasi dengan cermin dan ayat-ayat Alquran, tertulis dalam bahasa Arab dan Hindi diikuti dengan nama empat khalifah Islam.
Bangunan masjid ditopang oleh pilar berbentuk lengkung yang ditinggikan di dalam masjid, bersama dengan menara di luar. Di masa lalu, masjid ini juga berfungsi sebagai sekolah dan menampung ruang dua-tiga kamar berukuran kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Sebelumnya, Masjid Turk diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu masjid kubah tunggal, masjid T-plan dan masjid multi-unit atau multi-kubah. Masjid berkubah tunggal yang terdiri dari ruang persegi dibangun pada periode selanjutnya.
Masjid Turk Karachi adalah masjid berbentuk persegi dengan empat menara panjang seperti pensil yang berdiri di empat sisi. Ada juga setengah menara dan setengah makam di satu sisi dinding, di mana "Masjid Turk" ditulis dalam bahasa Urdu.
Abdul Malik Turk, yang meninggal pada 1970-an, dikenal sebagai imam shalat asal Turki terakhir yang menjadi muazin masjid ini. Setelah kematiannya, imam masjid diangkat secara lokal, dan masjid itu sendiri dijalankan oleh penduduk setempat meskipun berada di bawah pemerintah provinsi Pakistan.
Syed Ashraf Shah, yang keluarganya telah lama terkait dengan urusan masjid, mengatakan pandangan sejarah yang paling populer mengatakan masjid itu dibangun oleh pemerintah Turki, setelah kunjungan delegasi Turki ke daerah yang saat itu didominasi Hindu.
Meskipun demikian, masjid ini tidak didanai dan dikelola baik oleh pemerintah Turki maupun Pakistan, meskipun terus berfungsi sebagai penghubung penting antara kedua negara.
Ada beberapa masjid yang ditemukan di Pakistan dengan desain modern yang memukau. Tetapi, Masjid Turk dengan arsitekturnya dianggap oleh banyak orang sebagai simbol hubungan lintas budaya.
Sumber:
https://www.dailysabah.com/arts/turk-mosque-cross-cultural-heritage-in-pakistan/news