Ahli: Dengan Vaksin Booster, AS Capai Endemi Musim Semi 2022

Fauci menyebut, vaksin booster Covid-19 menjadi sarana penting capai endemi.

AP/Alex Brandon
Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengungkapkan syarat mencapai endemi Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat dr Anthony Fauci pada Selasa (16/11) mengatakan bahwa krisis kesehatan luar biasa saat ini dapat menurun menjadi endemi Covid-19 tahun depan. Itu bisa terjadi jika pemerintah meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19.

"Vaksin booster (penguat) Covid-19 menjadi sarana penting untuk mencapai ke titik itu," kata Fauci saat wawancara di konferensi Reuters Total Health yang digelar secara virtual selama 15-18 November.

"Lihat apa yang sedang dilakukan negara-negara lain saat ini tentang mengadopsi kampanye booster secara virtual bagi semua orang. Saya rasa, jika kita melakukannya dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh, saya kira musim semi nanti kami sudah dapat mengendalikan (virus) ini dengan baik," kata Fauci.

Menurut Fauci, untuk sampai pada level endemi, suatu negara harus mencapai tingkat infeksi yang sangat rendah. Dengan begitu, kasus Covid-19 tidak berdampak pada masyarakat, kehidupan masyarakat, dan ekonomi.

"Orang-orang masih akan tertular. Orang-orang mungkin masih bisa dirawat di rumah sakit, namun tingkatnya sangat rendah sehingga kami tidak berlarut-larut memikirkannya dan tidak berpengaruh pada apa yang kami lakukan.

Untuk mencapai ke titik itu, menurut Fauci, butuh lebih banyak penerima vaksin dan penerima booster. Ia mengatakan, andaikan AS menyediakan vaksin booster bagi siapa saja, kemungkinan negara itu dapat mengendalikan virus corona pada musim semi 2022.

Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers pada Jumat (12/11) mengatakan, ada kesenjangan dalam distribusi dan akses vaksin Covid-19 di seluruh dunia. Dia menyatakan, hal tersebut menjadi sebuah skandal yang harus dihentikan sekarang.

Baca Juga



"Setiap hari ada enam kali lipat (vaksin) booster yang diberikan secara global dibanding dosis pertama di negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros.

Menurut Tedros, kesenjangan global paling terlihat di Afrika. Di benua itu, menurut data WHO, baru enam persen dari populasinya mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap.

Di sisi lain, WHO juga sedang bergelut dengan krisis Covid-19 baru di Eropa. Hampir dua juta kasus baru tercatat di benua tersebut dalam sepekan terakhir. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi.

Badan kesehatan PBB itu berencana memvaksinasi 40 persen populasi di setiap negara hingga akhir 2021. Namun, pihaknya menyebutkan bahwa perlu 550 juta dosis tambahan untuk memenuhi target tersebut.

sumber : Antara, Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler