Masker Medis Kini Bisa Dipakai Berulang Kali

Penelitian sebut masker medis kini bisa dipakai berulang kali dengan dipanaskan.

www.freepik.com
Penelitian sebut masker medis kini bisa dipakai berulang kali dengan dipanaskan.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga


Oleh: Santi Sopia

Penggunaan masker medis atau masker sekali pakai yang dianjurkan di masa pandemi Covid-19 cukup berdampak bagi lingkungan. Para peneliti pun mencoba mencari solusi setidaknya untuk masker medis yang diketahui hanya untuk sekali pakai.

Peneliti menemukan bahwa masker medis dapat dipakai beberapa kali dengan catatan tertentu. Masker perlu melewati tahap pemanasan untuk membunuh bakteri atau virus yang menempel. Proses pemanasan tersebut dinamakan dekontaminasi.

Menurut laporan Futurity.org, dilansir Rabu (17/11), sebuah studi baru menunjukan bahwa pemanasan yang tepat bisa menghilangkan virus yang menyebabkan Covid-19 dari masker bedah sekali pakai standar tanpa merusak masker itu sendiri. Studi baru di Journal of Hazardous Materials tersebut menunjukkan masker dapat didekontaminasi dan digunakan kembali beberapa kali sebelum didegradasi.

Untuk melakukannya juga bisa dengan peralatan sederhana, seperti menggunakan oven rumah tangga. Panaskan masker dengan suhu 160 derajat Fahrenheit (sampai 70 derajat celcius) di oven selama lima menit.

Suhu tersebut dipercaya membunuh lebih dari 99,9 persen SARS-CoV-2 dan virus lain yang diuji oleh peneliti, berdasarkan pedoman FDA untuk dekontaminasi. Hal sederhana ini juga dapat menjadi alternatif di tengah mahalnya harga alat pelindung diri (APD).

Makalah baru yang mengungkapkan temuan ini adalah yang ketiga dari seri terkait pandemi Covid-19. Makalah pertama dari Agustus 2020 menyarankan pendekatan termal untuk dekontaminasi yang layak. Makalah kedua, yang muncul pada bulan Mei, membandingkan efek kisaran suhu pada virus di beberapa lokasi AS.

Studi saat ini memperkenalkan kerangka pemodelan yang dapat digunakan peneliti untuk menentukan seberapa banyak panas yang dibutuhkan. Selain itu, butuh berapa lama untuk membunuh virus. 

“Kerangka kerja ini tidak hanya berlaku untuk virus di udara seperti SARS-CoV-2, tetapi juga virus yang hidup di permukaan dan ditularkan terutama melalui sentuhan,” kata Daniel Preston, asisten profesor teknik mesin di Sekolah Teknik George R Brown di Rice University.

Preston dan mahasiswa pascasarjana Faye Yap memerinci metode dekontaminasi yang telah dicoba tetapi hanya berhasil sampai tingkat tertentu. Jika menggunakan paparan sinar ultraviolet, rupanya tidak mencapai lipatan atau celah yang umum pada masker dan cenderung dapat merusak struktur masker. Cara lain seperti dengan desinfektan kimia juga tidak cukup aman karena dapat meninggalkan residu berbahaya.

"Secara umum, telah terbukti bahwa sinar ultraviolet cukup efektif, terutama untuk permukaan datar atau halus. Tetapi tidak semua orang memiliki akses ke UV, dan panas mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh celah atau lipatan pada kain,” lanjut Preston.

Baca juga : Vaksin Covid-19 Prancis Valneva Bekerja dengan Cara Berbeda

Preston bekerja dengan kolaborator di Cabang Medis Texas University, Galveston, yang melakukan sebagian besar eksperimen pemanasan. Peneliti benar-benar kesulitan menemukan literatur yang jelas untuk menggambarkan efek suhu terhadap dekontaminasi virus. Pada akhirnya, apa yang peneliti hipotesiskan, sekarang telah terbukti benar bahwa inaktivasi termal virus dapat dengan mudah dijelaskan dengan kombinasi dua hubungan mendasar.

“Salah satunya adalah persamaan Arrhenius, yang menghubungkan parameter reaksi dengan suhu. Dan yang lainnya adalah hukum laju, yang menggunakan parameter reaksi tersebut untuk memberi tahu seberapa cepat suatu reaksi terjadi. Dalam hal ini, reaksinya adalah inaktivasi virus itu sendiri,” tambahnya.

 

Jangan terlalu panas

Sangat penting untuk memastikan masker melewati proses pemanasan. Namun karena lapisannya yang tipis, rekan studi Yap mengatakan bahwa jika panasnya terlalu tinggi, serat polimer yang membentuk sebagian besar masker akan meleleh. Ini telah dibuktikan peneliti seperti pada sampel mereka. 

“Pada sekitar 125 celcius, lapisan filter (tengah) di masker mulai berubah bentuk, dan pada 160 celcius mencair. Ada garis tipis ketika Anda mulai mendekati titik leleh material,” ujar dia.

Tak hanya suhu, waktu pemanasan juga peu tepat. Jika dengan suhu 70 derajat, membutuhkan waktu lima menit, bahkan jika sanpai 30 menit pun tidak akan membuat perubahan secara signifikan.

Preston mengatakan, kekurangan APD tetap menjadi masalah di banyak bagian dunia. Metode sederhana dan efektif untuk mendekontaminasi masker dapat membantu banyak orang. Namun, solusi untuk menggunakan kembali masker bukanlah satu-satunya cara terhindar dari paparan virus.

“Saya tidak ingin mengklaim bahwa inaktivasi termal virus yang distabilkan pada permukaan akan menjadi kontributor utama untuk mencegah penyebaran Covid-19,” katanya.

Virus masih akan menyebar melalui droplet yang menular dari satu orang ke orang lain. Masker dapat mencegahnya, dan dekontaminasi merupakan tindakan pencegahan sekunder untuk membatasi penyebaran.

Rekan penulis tambahan berasal dari University of Texas Medical Branch, Galveston, dan Rice. Penelitian itu didanai oleh National Science Foundation. 

Baca juga : 7 Manfaat Kunyit Bagi Kesehatan Menurut Cleveland Clinic

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler