Utusan PBB: ISIS Muncul di Semua Provinsi Afghanistan
Taliban dinilai tak mampu membendung pertumbuhan ISIS-K.
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Utusan PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, pada Rabu (16/11) mengatakan, ISIS telah tumbuh dan muncul di hampir semua 34 provinsi di Afghanistan. Lyons mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa, Taliban tidak mampu membendung pertumbuhan ISIS-K.
"Dulu (kehadiran ISIS-K) terbatas pada beberapa provinsi dan ibu kota, sekarang ISIS-K tampaknya hadir di hampir semua provinsi, dan semakin aktif,” kata Lyons.
Lyons menambahkan bahwa, jumlah serangan yang dilakukan oleh kelompok ISIS-K telah meningkat dari 60 serangan pada 2020, menjadi 334 pada tahun ini. Pernyataan Lyon muncul beberapa jam setelah ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan yang menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai enam lainnya di lingkungan Muslim Syiah di Kabul.
ISIS-K memiliki ideologi yang berseberangan dengan Taliban. Lyons menambahkan, misi PBB secara teratur menerima laporan yang kredibel tentang penggeledahan rumah dan pembunuhan di luar hukum terhadap mantan personel dan pejabat keamanan. “Ini adalah area yang layak mendapat perhatian lebih dari masyarakat internasional,” kata Lyon.
Sejak kembali menguasai Afghanistan, Taliban berkomitmen untuk membangun pemerintahan yang lebih moderat. Namun pada kenyataanya, kepemimpinan Taliban belum bisa merangkul sektor masyarakat lainnya. Selain itu, mereka juga masih membatasi hak-hak perempuan dan anak perempuan.
Sejauh ini, Taliban melarang perempuan kembali ke tempat kerja hingga situasi Afghanistan kondusif. Selain itu, hanya anak perempuan usia sekolah dasar saja yang diizinkan untuk kembali ke sekolah. Anak perempuan usia sekolah menengah tidak diizinkan untuk sekolah.
Lyons kembali memperingatkan tentang bencana kemanusiaan saat musim dingin mendekat, karena krisis ekonomi dan kekeringan. Dia memohon kepada masyarakat internasional untuk membantu mendanai gaji petugas kesehatan, guru dan pekerja kemanusiaan. Lyons mengatakan, sejauh ini bantuan kemanusiaan masih belum mencukupi kebutuhan warga Afghanistan.
Menurut Lyons, runtuhnya ekonomi akan memicu perdagangan obat terlarang, senjata dan manusia, serta pertukaran uang yang tidak diatur. Hal ini dapat membantu memfasilitasi terorisme. "Patologi ini pertama-tama akan mempengaruhi Afghanistan. Kemudian mereka akan menginfeksi wilayah tersebut," ujar Lyons.