Tenang, Ini Kata Pakar IPB University Mengenai Perilaku Ular

Ular akan menggigit apabila terancam seperti diinjak maupun dipukul.

Republika/Edi Yusuf
Ular Kobra
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dr Mirza Dikari Kusrini, dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan turut memberikan penjelasan tentang fenomena ular yang belakangan jadi pembicaraan hangat terkait habitatnya di Kampus IPB Dramaga, Bogor. Ia menjelaskan, meskipun IPB University dikenal sebagai kampus biodiversitas, jenis ular yang ada di IPB University tidak berbeda jauh dengan ular yang ada di permukiman di luar kampus, bahkan di permukiman di area perkotaan  sekalipun. 


“Memang ada beberapa jenis ular di Kampus IPB Dramaga yang mungkin susah ditemukan di permukiman, tetapi kebanyakan dan beberapa ular yang dianggap berbahaya itu, sebenarnya bisa ditemukan di permukiman juga,” terang Dr Mirza. 

Dosen IPB University itu mencontohkan, ular piton dan kobra juga bisa ditemukan di permukiman. Ia menyebut, banyak orang yang belum paham bahwa ular seperti kobra maupun piton, itu bisa bertahan di perkotaan. Pasalnya, ular jenis ini bisa berada di permukiman karena mampu beradaptasi dengan lingkungan permukiman. Oleh karenanya berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia. 

“Jadi tidak aneh kalau di kampus IPB Dramaga Bogor ada ular. Di kampus mana pun atau tempat-tempat mana pun yang memiliki kebun maupun taman, pasti akan ditemukan ular,” ungkap ahli herpetofauna yang kepakarannya telah diakui dunia internasional ini. 

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa sebetulnya tidak mudah untuk menemukan ular, terlebih sampai dipatok ular. Menurutnya, ular bukan tipe hewan yang menyerang, tetapi ular ini cenderung untuk lari menghindar. 

“Kalau ada getaran, ular akan kabur. Beberapa jenis ular akan mempertahankan sarangnya jika diganggu,” tambah Dr Mirza  dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (19/11). 

Dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) ini menegaskan, hal yang perlu diperhatikan adalah  “Kita harus memahami bahwa ada satwa liar di sekitar kita, sehingga perlu berhati-hati.”

 Tidak hanya itu, ia menekankan supaya tetap memakai pelindung diri ketika pergi ke kebun, hutan maupun area yang masih banyak terdapat satwa liar. 

Terkait kasus mahasiswa IPB University yang meninggal karena diduga digigit ular, ia menyebut, pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mengenali gigitan ular serta penanganannya setelah tergigit ular. 

Unit  Konservasi Fauna (UKF) IPB University, sering melakukan monitoring herpetofauna seperti ular. Salah satu aktivis UKF IPB University, Imam menjelaskan, sejak tahun 2016 hingga 2021, organisasinya telah memiliki data sebanyak 29 jenis ular yang ditemukan di area kampus IPB University.

“Dari temuan tersebut, hanya ada tujuh jenis ular yang berpotensi membahayakan manusia apabila tergigit. Jadi sebenarnya tidak perlu takut berlebihan. Tapi waspada memang penting,” kata Imam. Ia juga menekankan, supaya selalu mengikuti standar operasional prosedur (SOP) lapangan sebagai upaya perlindungan diri. 

Sementara itu, Nathan Rusli dari Herpetofauna Indonesia menyampaikan, ular akan menggigit apabila terancam seperti diinjak maupun dipukul. Oleh karena itu, ia menyarankan supaya mengedukasi seluruh mahasiswa tentang bagaimana cara menghadapi ular, baik di dalam maupun di luar ruangan. 

Di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, selain UKF ada juga kelompok pemerhati herpetofauna, Himpunan Profesi Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) yang aktif melakukan monitoring rutin herpetofauna selama lebih dari 10 tahun di kampus. Organisasi kemahasiswaan dan komunitas-komunitas ini memiliki data penyebaran ular di kampus sehingga mereka bisa melakukan kampanye-kampanye edukatif untuk warga IPB University dan sekitarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler