Panggung Kreasi, Social Healing Ala Yayasan Erick Thohir

Program social healing untuk membangun fasum digencarkan Yayasan Erick Thohir.

istimewa
Panggung kreasi, diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya tindakan negatif dalam kehidupan bermasyarakat.
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program social healing untuk membangun fasilitas umum (Fasum) terus digencarkan oleh Yayasan Erick Thohir. Salah satunya, kegiatan pembangunan di Desa Pangkalan Benteng, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Salah seorang warga yang juga penanggung jawab keberadaan panggung kreasi, Hendra Gunawan (38) mengatakan, keberadaan panggung kreasi di lingkungannya memberikan dampak positif. Terutama, bagi para pemuda pemudi yang ada di 16 rukun tetangga (RT).

Baca Juga



"Sekarang ini zamannya marak dengan penyalahgunaan narkoba hingga tindakan kriminalitas yang harus dikhawatirkan, khususnya bagi generasi muda kita," kata Hendra dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/11).

Panggung kreasi, diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya tindakan negatif dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, selama ini para pemuda di desa yang mayoritas berprofesi sebagai buruh bangunan dan kayu karet ini, acap kali menjadikan kebun karet sebagai lokasi berkumpul. Walau untuk sekedar untuk bermain musik atau sekedar senda gurau saja.

Kebun karet yang tidak terlalu luas dan berada di pinggir jalan utama desa, sudah hampir 6 tahun menjadi objek para pemuda menghabiskan waktu malamnya. Dan karena situasi kebun yang gelap itu lah, kemudian kata Hendra memunculkan persepsi negatif oleh warga yang sedang melintas.

"Sekarang ini, kita sudah sampaikan kepada anak anak remaja Karang Taruna, kalau sekarang nih sudah ada tempat berkumpul yang dibantu dari Yayasan Erick Thohir,"ucapnya sembari menjelaskan kondisi lokasi yang sudah dilengkapi penerangan.

Hendra menjelaskan, dipilihnya desa Pangkalan Benteng ini, setelah tim E Troopers Yayasan Erick Thohir melakukan pengamatan dan menerima informasi akan kebutuhan Fasum yang diperlukan. Ia juga mengungkapkan, warga desa sejak awalnya memang memiliki keinginan untuk membuat satu tempat berkumpul bagi warganya.

"Memang kita ada keinginan untuk membuat model seperti ini. Tetapi, untuk iuran atau patungan antar warga sangat berat, apalagi di masa pandemi sekarang ini,"ungkap anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mitra kerja kepala desa.

Sehingga, ketika ditawari program social healing ini, kata Hendra, khususnya RT 02 yang diisi oleh 80 kepala keluarga (KK) menyambut baik. Terlebih dalam proses pembangunan harus dilakukan secara gotong royong, seperti yang diajukan tim Yayasan Erick Thohir.

"Meski saat pembangunan ada yang posisinya ikut serta, karena tidak mungkin semuanya bantu dalam satu objek saja, ya ada yang menyediakan konsumsi dan keperluan lainnya,"sebutnya sembari menekankan sejak awal rasa tolong menolong dan gotong royong-nya sangat kuat di desa ini.

Baca juga : Toilet SPBU Pertamina Gratis, Ini Komentar Pengamat

Salah satu inisiator tim kesenian hadro, Hadzli (19) mengaku senang dengan dibangunnya panggung kreasi di desanya. Ia mengatakan, tidak perlu susah payah untuk mencari tempat latihan.

Remaja yang baru saja tamat dari Madrasah Aliyah mengaku sudah beberapa kali ikut perlombaan, dan pernah meraih juara harapan kedua di tingkat kabupaten yang diadakan DPRD Kabupaten Banyuasin. 

"Kami sangat bersyukur sekali dengan adanya panggung ini, contohnya bisa dibuat kumpul dan latihan hadro. Di sini selain hadro ada juga group musik lain genre dangdutan, atau akustikan. Dan kami rencananya akan latihan bersama kita," ucap dia.

Hadzli menyebutkan kesukaannya hingga mengumpulkan teman-temannya dan membentuk tim kesenian musik yang bernafaskan islami dengan melantunkan sholawat nabi diiringi alat tabuhan atau rebana, terinspirasi dari konten YouTube milik Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Menurut dia, selain suara yang lembut, juga syair yang dibawakan sangat indah.

"Dan kita juga rencananya akan membuat channel YouTube di panggung ini juga, semoga bisa terus berkembang kedepannya,"ujar Hadzli.

Sementara itu, pemilik tanah tempat berdirinya panggung kreasi, Sandi (43) mengaku senang dengan dilibatkan dirinya dalam pembangunan Fasum. Ia meyakini akan memberikan manfaat bagi masyarakat desa.

"Dengan adanya ini masyarakat, khususnya pemuda pemudinya dapat lebih saling kenal dan kian mempererat tali silaturahmi ya," sebut Sandi yang berprofesi sebagai pengusaha kayu pohon gelam atau dolken.

Pohon gelam merupakan pohon yang dapat tumbuh setinggi 12 meter dan memiliki kharismatik berwarna cerah yaitu putih keabu-abuan. Dan biasa digunakan untuk pondasi rumah karena sifat kayunya yang sangat kuat dan kokoh.

Sandi mengungkapkan, dilibatkannya sebagian pekarangan rumahnya, ketika tim E Troopers dan aparat dari desa datang untuk mengecek lokasi yang menjadi titik pembangunan panggung kreasi. 

Menurut dia, lokasi lapangan berukuran 6x4 meter dan digambari sejumlah permainan tradisional seperti ular tangga, engkling, matematika hingga spot foto bergambar sajadah dan rubrik 3D ini sangat strategis. 

Artinya, kata dia, lokasinya tidak terlalu dekat dengan pemukiman warga. Namun, tidak terlalu jauh untuk diakses oleh warga.

"Respon saya ketika itu sangat senang, dan saya katakan pakailah silahkan. Karena ini juga untuk keperluan desa dan semugo bermanfaat bagi anak-anak mudo di sini,"pungkas pria penggemar pakaian berbahan kulit ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler