Capres Golkar Diprediksi Kuasai Jabar, Firman: Lumbung Kami

Konstruksi pemilih di Jabar senantiasa berubah dari pemilu ke pemilu.

Golkar
Capres Golkar Diprediksi Kuasai Jabar, Firman: Lumbung Kami. Foto: Politisi Golkar, Firman Subagyo
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Partai Golkar diprediksi akan menguasai suara pemilih di Provinsi Jabar baik saat pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden 2024.
 
"Kalau kita lihat peta dan latar belakang sejarahnya, Jawa Barat, itu kan menjadi salah satu lumbungnya Golkar. Kalau PDI lumbungnya kan di Jawa Tengah," Ujar Ketua DPP Partai Golkar Firman Soebagyo, Selasa, (23/11).

Sebelumnya Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, memperkirakan perolehan suara Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Jawa Barat (Jabar) bakal mengalami penurunan bila maju kembali menjadi calon presiden (capres) Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 mendatang.

Menurutnya, konstruksi pemilih di Jabar senantiasa berubah dari pemilu ke pemilu, serta karakter masyarakat Jabar mudah terpesona dan kecewa. Khusus Prabowo, kekecewaan masyarakat karena bergabungnya pendiri Partai Gerindra itu ke penguasa saat ini

Terkait pandangan pengamat itu, Firman mengakui sangat bersyukur kalau  benar terjadi pergeseran suara pemilih yang kecewa terhadap Prabowo Subianto dan Partai Gerindra ke partai Golkar.

"Mereka (yang kecewa dengan Prabowo)  katakanlah bergesernya kepada Golkar ya kami sangat welcome dan berterimakasih, " ujarnya.

Ia mengatakan saat ini seluruh kader Golkar terus bergerak mensosialisasikan visi misi partai dan ketua umum Airlangga hartarto sebagai capres 2024.

"Kalau masyarakat menentukan pilihannya ke Golkar dan Airlangga nantinya berarti masyarakat sudah bisa menilai dari sekian partai yang ada ternyata golkar yang mungkin dianggap memperjuangkan aspirasi mereka," ujarnya.

Firman menilai masyarakat termasuk warga  Jabar sudah semakin cerdas.  Sikap dan perilaku politik dari tokoh-tokoh mereka dukung menjadi pertimbangan pilihan politik.

Ia mengatakan dalam menentukan pilihannya di era keterbukaan, masyarakat lebih senang pada tokoh-tokoh yg konsisten dengan sikap politik.  

"Dan kemudian memilih tokoh yang memang dalam politik itu menjaga etika hubungan antara pendukung dan yang didukung," ujarmya.

Ia menambahkan, posisi-posisi psikologis dan inkonsisten calon pemimpin dapat mempengaruhi ketidakpercayaan pendukungnnya.  Hal ini disebabkan keputusan politik tokoh politik tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan pendukungnnya.
 
"Banyak orang orang Golkar yang mengikuti jejak Pak Prabowo ke Gerindra. Kalau ada yang kecewa saat ini sama sikap beliau, itu hak masyarakat," ujarnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler