Meningkatkan Daya Saing Bandara Kualanamu
AP II telah menunjuk mitra strategis dalam mengelola Bandara Kualanamu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengharapkan kemitraan strategis dalam mengelola Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara dapat meningkatkan daya saing di ASEAN. PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) saat ini sudah mengumumkan pemenang tender kemitraan strategis Bandara Kualanamu yaitu GMR Airports Consortium, operator bandara asal India.
“Kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset kedepannya atas kerja sama ini akan sepenuhnya dimiliki 100 persen oleh AP II," kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wiroatmodjo dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (23/11).
AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi, yang menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
“Keberhasilan dalam kerja sama ini menjadi signaling positif untuk iklim investasi indonesia khususnya pada sektor transportasi udara. Selain itu diharapkan dengan terlaksananya kerjasama ini dapat membuka jalan bagi Foreign Direct Investment (FDI) lainnya masuk ke Indonesia” ujar Kartika.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan, AP II menetapkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi mitra strategis di Bandara Internasional Kualanamu. Dia menuturkan, kriteria yang harus dipenuhi yaitu memiliki pengalaman dan jaringan baik airport maupun maskapai.
Dengan begitu menurut Awaluddin, Bandara Internasional Kualanamu nantinya akan menjadi bagian jaringan tersebut dan bersinergi dalam pengembangan rute maupun layanan baik kepada maskapai, penumpang maupun kargo.
Awaluddin mengatakan, pengembangan di Bandara Internasional Kualanamu difokuskan memperkuat konektivitas internasional dan turut melibatkan swasta untuk mewujudkan 3E yaitu Expansion the traffic, Expertise sharing dan Equity partnership. "Trafik penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu," ujar Awaluddin.
Dia memastikan, AP II sebagai anggota InJourney Holding fokus meningkatkan optimalisasi seluruh aset salah satunya Bandara Internasional Kualanamu di melalui kemitraan strategis tersebut. Awaluddin mengatakan, pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar 6 miliar dolar AS termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp 15 triliun.
Hub internasional
Skema kemitraan strategis tersebut dipastikan akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis. Sehingga, lanjut Awaluddin, dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
Dia menambahkan, GMR juga sudah menyampaikan rencananya untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu. Dalam rencana tersebut, Awaluddin mengatakan, ditargetkan penumpang di Bandara Kualanamu bisa mengapai 54 juta orang ayau setara dengan Bandara Soekarno-Hatta pada tahun ke-25 setelah resmi menjalin kemitraan.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Holding InJourney Edwin Hidayat mengatakan model kemitraan strategis tersebut merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mendorong pelayanan. Khususnya pelayanan di bidang transportasi udara yang juga akan berdampak pada daya saing pariwisata.
Edwin menuturan, akan mendorong agar anggota dari Holding InJourney lainnya untuk melakukan optimalisasi aset melalui kerja sama kemitraan strategis. Sehingga pengembangan usaha dapat dilakukan bersama dengan investor, serta juga dapat berpenetrasi ke negara lain sebagai mitra global dari pelaku usaha di negara tersebut,” tutur Edwin.
GMR Airports Consortium merupakan Strategic Investor yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis. Perusahaan tersebut merupakan jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia. Saat ini GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport, Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, Mactan Cebu International Airport di Filipina, serta tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
Chairman of GMR Group’s Energy and International Airport Vertical Srinivas Bommidala mengaku bangga dengan diumumkannya menjadi pemenang tender untuk pengembangan dan pengoperasian Bandara Internasional Kualanamu di Medan. Bommidala menuturkan, GMR juga mengapresiasi atas proses yang dilakukan dengan profesional, transparan serta negosiasi yang berlandaskan mutual benefits bagi AP II dan investor.
Bommidala mengatakan, proyek tersebut menandakan masuknya GMR Airports di pasar aviasi Indonesia yang tumbuh cepat terbesar di ASEAN dan memiliki potensial tinggi. "Kami berkomitmen untuk mentransformasikan bandara menjadi internasional hub di wilayah Barat Indonesia. Kemenangan dari penawaran ini juga memperkuat GMR Group’s sebagai salah satu pengembang dan pengelola bandara terbesar di dunia,” ungkap Bommidala.