Polisi: Bentrokan Ormas PP-FBR Dipicu Perebutan Lahan

Aksi bentrok yang terjadi di Pasar Lembang terkait dengan penguasaan lahan parkir.

Republika/Eva Rianti
Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Deonijiu de Fatima.
Rep: Eva Rianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Polres Metro Tangerang Kota mendalami aksi bentrokan antara ormas Pemuda Pancasila (PP) dan Forum Betawi Rempug (FBR) di Pasar Lembang, Kota Tangerang, Jumat (19/11), yang mengakibatkan lima orang mengalami luka-luka. Polisi menyebut perkara perebutan lahan masih menjadi faktor yang memicu perseteruan antara kedua ormas. 


"Kedua ormas ini selama ini selalu terjadi ribut. Pemicunya, seperti yang selalu kita ketahui adalah merebutkan lahan, lahan penguasaan mereka," ujar Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Pol Deonijiu De Fatima, Selasa (23/11). 

Deonijiu menjelaskan, aksi bentrok yang terjadi di Pasar Lembang terkait dengan penguasaan lahan parkir. "Di Pasar Lembang kan ada lahan parkir, pengamanan dari mereka dan sebenarnya mereka sudah diatur pergantian per harinya," kata dia. 

Meski ada pengaturan pengamanan secara bergantian, perseteruan yang berujung pada bentrok antar kedua ormas kerap terjadi. Hal yang mendorong pecahnya bentrokan bisa dibilang didorong oleh rasa sensitivisme atau rivalitas. 

Kejadian bentrok di Pasar Lembang sendiri diketahui lantaran anggota ormas PP yang saat itu hendak mengadakan perayaan ulang tahun melintas dan melihat ada anggota ormas FBR yang berada di lokasi. Lantas langsung melakukan penyerangan hingga mengakibatkan dua anggota FBR mengalami luka bacok. 

Penyerangan itu kemudian dibalas balik oleh ormas FBR. Akibatnya, dalam insiden bentrokan itu, polisi mencatat secara keseluruhan ada lima orang menjadi korban meliputi dua orang anggota ormas PP, dua orang anggota ormas FBR, dan satu orang tukang parkir. 

Deonijiu mengakui, kedua ormas diduga memang kerap saling mengincar untuk melakukan penyerangan dan menunggu momen-momen tertentu untuk melancarkan aksinya. Hal itu tidak terlepas dari sederet kejadian aksi bentrokan antara kedua ormas akibat merebutkan lahan yang telah terjadi sebelum-sebelumnya. 

"Peristiwa pada saat itu sebenarnya mereka sudah saling lirik-melirik (untuk melakukan penyerangan)," ujarnya. 

Deonijiu mengatakan, aksi bentrok yang dilakukan kedua ormas tidak mencerminkan perilaku organisasi masyarakat. Menurutnya, justru sikap tersebut merupakan perbuatan premanisme. 

"Perilaku ormas sebenarnya baik, tapi perilaku manusianya membuat resah masyarakat, selalu mereka merebut lahan parkir. Perilaku seperti itu perilaku preman, kalau ormas ada organisasi, struktur, dan aturan. Perilaku yang meresahkan, melukai masyarakat, kemudian membahayakan orang lain itu perbuatan preman," ungkapnya. 

Adapun, yang terlibat sebenarnya tidak hanya dari ormas PP-FBR Kota Tangerang, tetapi juga wilayah tetangga. Kedua ormas itu, kata Deonijiu juga beranggotakan orang-orang dari luar Tangerang, seperti Jakarta Selatan yang datang dan terlibat melakukan penyerangan. 

Deonijiu menuturkan, bahwa pihaknya telah melakukan komunikasi dengan masing-masing pimpinan dari kedua ormas tersebut. Diharapkan, para pemimpin ormas-ormas tersebut agar dapat memberi imbauan dan pembinaan kepada anggotanya supaya tidak melakukan keributan. 

"Dan kami akan mengupayakan mempertemukan kedua belah pihak supaya melakukan koordinasi untuk menyatukan agar tidak terjadi keributan lagi," tutupnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler