Aktivis Palestina Kampanyekan Facebook Sensor Yerusalem
IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Jurnalis dan aktivis Palestina telah meluncurkan kampanye "Facebook Censors Jerusalem" untuk menyuarakan penolakan mereka atas dugaan upaya Meta untuk menyensor kembali konten Palestina di platform media sosial Facebook.
Menurut Sada Sosial, organisasi nirlaba yang berfokus pada hak digital warga Palestina, mengatakan kampanye ini dilakukan setelah Meta melakukan pemblokiran atau pembatasan halaman milik media Palestina, para aktivis dan akun sosial pribadi orang-orang Palestina.
Kampanye tersebut telah menciptakan tagar "FBCensorsJerusalem" untuk mendukung warga Palestina yang telah dibatasi di platform media sosial. Kampanye tersebut juga mengecam "kebijakan standar ganda" Meta ketika menyangkut konten Palestina dan Israel.
"Sementara (Meta) meningkatkan tindakan kerasnya terhadap narasi Palestina tetapi tidak bergerak ketika menyangkut hasutan Israel, yang menyerukan pembunuhan dan penangkapan warga Palestina, terutama setelah insiden baru-baru ini di Gerbang Rantai di Yerusalem yang diduduki," kata pernyataan kampanye itu dilansir dari Middle East Eye, Kamis (25/11).
Meta dituduh menyensor pengalaman warga Palestina dan narasi mereka baik di Facebook maupun Instagram. "Algoritme platform media sosial telah menghapus posting yang mengandung kata-kata "Hamas" atau "martir" tanpa mempertimbangkan makna kontekstualnya," kata Eyad Rifai dari Sada Social.
Rifai merujuk pada contoh penyensoran baru-baru ini, di mana seorang Palestina dibunuh oleh seorang tentara Israel di Yerusalem. Liputan kematian oleh media Palestina atau oleh akun pribadi dan halaman orang Palestina dibatasi di Facebook.
"Kami sangat marah tentang ini karena sebagai orang Palestina kami harus memiliki kebebasan untuk menggunakan Facebook seperti semua pengguna di seluruh dunia,” kata Rifai.
“Facebook tidak mengizinkan kami menggunakan kata-kata dan kosa kata yang penting bagi gerakan pembebasan Palestina. Bagaimana orang Palestina bisa menulis dan mempublikasikan tentang penderitaan mereka jika kita tidak bisa menggunakan kata-kata seperti itu?” sambungnya.
Menurut Rifai, pihaknya sejak awal 2021 telah mendokumentasikan lebih dari 600 kasus sensor Palestina di Facebook dan Instagram. Organisasi nirlaba tersebut mengatakan bahwa jurnalis dan akun media menjadi target lebih dari 200 kasus sensor.
Sada Social mengkritik Meta karena berkolusi dengan Israel, kejahatannya dan mendukung pendudukan dengan menekan narasi mereka di media sosial.
Algoritme Facebook secara ketat menyensor konten pro-Palestina, dan tidak memperhitungkan apa yang terjadi di lapangan di Palestina. Algoritme telah memaksa banyak orang, partai politik, pemimpin partai dan lainnya yang sangat disensor oleh Facebook untuk mengubah nama mereka untuk menghindari standar ganda.
Sementara itu, banyak halaman Israel secara bebas dan langsung menyerukan pembunuhan warga Palestina dan menghasut kekerasan terhadap mereka. Al Quds, surat kabar harian pan-Arab yang dimiliki oleh ekspatriat Palestina, juga disensor.