Inggris Antisipasi Penyebaran Varian Baru Covid-19 di Afrika

Varian baru memungkinkan vaksin kurang efektif dan membahayakan upaya memerangi covid

Antara/Raisan Al Farisi
Warga antre untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di Gedung Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Senin (22/11). Inggris khawatir dengan varian baru virus corona yang diidentifikasi menyebar di Afrika Selatan.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris khawatir dengan varian baru virus corona yang diidentifikasi menyebar di Afrika Selatan. Varian baru ini kemungkinan dapat membuat vaksin kurang efektif dan membahayakan upaya untuk memerangi pandemi.

Baca Juga


Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan, varian yang disebut B.1.1.529, memiliki sel protein yang sangat berbeda dengan virus korona asli yang menjadi dasar vaksin Covid-19. Kepala Eksekutif UKHSA Jenny Harries mengatakan, saat ini peneliti sedang melakikan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari tingkat penularan varian baru tersebut.

“Ini adalah varian paling signifikan yang kami temui hingga saat ini, dan penelitian mendesak sedang dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang penularan, tingkat keparahan, dan kerentanannya terhadap vaksin,” ujar Harries.

Varian ini pertama kali diidentifikasi pada awal pekan ini, dam Inggris segera memberlakukan pembatasan perjalanan ke Afrika Selatan dan lima negara di sekitarnya. Inggris bertindak jauh lebih cepat daripada ketika varian Delta merebak.

“Yang kami tahu adalah ada mutasi, yang mungkin dua kali lipat jumlah mutasi yang kami lihat pada varian Delta. Dan itu menunjukkan bahwa, (varian) itu mungkin lebih mudah menular dan vaksin yang saat ini kita miliki mungkin kurang efektif," kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid.

Inggris mengumumkan untuk melarang penerbangan dari Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho dan Eswatini mulai pukul 00.00 waktu setempat pada Jumat (26/11). Pelancong Inggris yang kembali dari tujuan tersebut harus menjalani karantina. Javid mengatakan, pembatasan perjalanan diperlukan sebagai tindakan pencegahan.

 

Sebelumnya pada Kamis (25/11), para ilmuwan Afrika Selatan mengatakan, mereka telah mendeteksi varian baru Covid-19 dalam jumlah kecil. Saat ini mereka sedang berupaya untuk memahami implikasi potensialnya.

Varian ini juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong. Tetapi Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan tidak ada kasus yang terdeteksi di Inggris. Ahli epidemiologi Imperial College London, Neil Ferguson, mengatakan, varian B.1.1.529 memiliki jumlah mutasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sel protein yang melonjak. Hal ini mendorong peningkatan jumlah kasus secara pesat di Afrika Selatan. 

"Langkah pemerintah untuk membatasi perjalanan dengan Afrika Selatan, karena (varian baru Covid-19) itu sangat bijaksana," kata Ferguson.

 

“Namun, kami belum memiliki perkiraan tentang sejauh mana varian B.1.1.529 mungkin lebih menular atau lebih resisten terhadap vaksin, jadi terlalu dini untuk dapat memberikan penilaian berbasis bukti tentang risiko yang ditimbulkannya," ujar Ferguson menambahkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler