Saudi Kecam Kunjungan Presiden Israel ke Masjid Ibrahim
IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi mengutuk kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke Masjid Ibrahim di kota Hebron Tepi Barat. Herzog berkunjung ke masjid tersebut untuk merayakan festival Yahudi, Hanukkah.
"Tindakan itu merupakan pelanggaran mencolok terhadap kesucian masjid, dan memprovokasi perasaan umat Islam di seluruh dunia. Pendudukan Israel menanggung konsekuensi dari langkah ini," ujar Kementerian Luar Negeri Saudi, dilansir Anadolu Agency, Selasa (30/11).
Herzog memaksa masuk ke Masjid Ibrahim pada Ahad (28/11) untuk mengambil bagian dalam upacara penyalaan lilin yang diadakan sebagai bagian dari Hanukkah. Hal ini memicu bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa. Herzog mengunjungi Gua Para Leluhur di Hebron untuk merayakan masa lalu Yahudi, dan mempromosikan hubungan antaragama. Namun kunjungannya itu menuai kecaman luas dari warga Palestina dan sayap kiri Israel.
Hebron adalah rumah bagi sekitar 160 ribu Muslim Palestina dan sekitar 800 pemukim Yahudi. Otoritas Israel membagi kompleks masjid untuk Muslim dan Yahudi. Pembagian kompleks ini dilakukan pada 1994, setelah pembantaian terhadap 29 jamaah Palestina di dalam Masjid Ibrahim oleh pemukim ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein.
Sekitar 1.000 pemukim Yahudi tinggal di kantong-kantong kecil yang dijaga oleh tentara Israel di kota Hebron. Sementara, sekitar 200 ribu orang Palestina harus menyeberang melalui pos pemeriksaan Israel untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam pidatonya, Herzog tidak menyinggung pembantaian terhadap Muslim Palestina pada 1994. Tetapi memberi penghormatan kepada lebih dari 60 orang Yahudi yang dibunuh oleh orang-orang Palestina di Hebron selama kerusuhan pada 1929. Herzog mengatakan, seorang kerabatnya selamat dari pertempuran itu.
"Saya tidak ragu bahwa dia akan sangat tersentuh oleh fakta bahwa salah satu keturunannya menyalakan lilin Hanukkah di Gua Para Leluhur sebagai presiden negara Israel," kata Herzog.
Gua Para Leluhur itu diyakini sebagai situs pemakaman leluhur Yahudi dan dianggap sebagai situs tersuci kedua dalam Yudaisme. Dalam pidatonya, Herzog menyerukan perdamaian antar sesama agama dan mengentikan segala bentuk kebencian serta kekerasan.
Tetapi para kritikus menuduh Herzog merangkul elemen paling radikal dari masyarakat Israel. Herzog adalah mantan pemimpin partai Buruh Israel, yang mendukung solusi dua negara dengan Palestina. Dan posisinya saat ini dimaksudkan untuk menjadi apolitis dan berfungsi sebagai kompas moral bagi bangsa.
Seorang pejabat tinggi Palestina, Hussein Al Sheikh, menyebut kunjungan Herzog sebagai provokasi politik, moral dan agama. Puluhan pengunjuk rasa Israel berkumpul sekitar satu kilometer dari Gua Para Leluhur. Mereka berteriak "memalukan" ketika polisi Israel menahan beberapa dari mereka. Wartawan dan pengunjuk rasa tidak diizinkan berada di dekat situs suci.
“Herzog tidak punya malu. Dia datang untuk merayakan dengan orang-orang Yahudi yang mengambil alih kota dan merayakan bersama mereka. Di sini, di Hebron tidak ada kebebasan, ada orang-orang yang hidup dalam pendudukan yang tak tertahankan," ujar seorang aktivis Israel, Nurit Budinsky.
Penduduk Yahudi di Hebron termasuk di antara salah satu kelompok garis keras dari sekitar 700.000 pemukim Israel yang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem timur. Seorang penduduk di permukiman Yahudi Kiryat Arba, Aviya Glass mengatakan, kunjungan Herzog menunjukkan bahwa pemerintah Israel memperkuat status permukiman.