Apa yang Kita Ketahui dan tidak Terkait Varian Omicron

Hingga kini, para ilmuwan masih meneliti varian baru Omicron.

www.pixabay.com
Hingga kini, para ilmuwan masih meneliti varian baru Omicron.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga


Oleh: Rr Laeny Sulistyawati

Ilmuwan Afrika Selatan mengidentifikasi varian baru virus Corona, Omicron, yang ada di balik lonjakan kasus Covid-19. Belum jelas di mana varian baru tersebut pertama kali muncul, tetapi para ilmuwan di Afrika Selatan memperingatkan organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) dalam beberapa hari terakhir terkait Omicron. Kini, WHO telah menetapkannya sebagai variant of concern.

"Saat ini sebanyak 90 persen kasus baru di Gauteng disebabkan oleh Omicron," kata Direktur Platform Sequencing dan Inovasi Penelitian Afrika Selatan, KwaZulu-Natal Tulio de Oliveira, seperti dikutip dari laman PBSNews, Selasa (30/11).

Oliveira mengatakan, varian Omicron terkait dengan kasus yang mengalami peningkatan eksponensial dalam beberapa hari terakhir. Dari lebih dari 200 kasus baru  yang dikonfirmasi per hari dalam beberapa pekan terakhir, Afrika Selatan mengalami jumlah kasus harian Covid-19 meroket jadi lebih dari 3.200 per Sabtu (27/11), dan sebagian besar terjadi di Gauteng. 

Setelah mengumpulkan sekelompok ahli untuk menilai data, WHO mengatakan bahwa bukti awal menunjukkan peningkatan risiko reinfeksi dengan varian ini dibandingkan dengan varian lainnya. Hal ini menandakan bahwa orang yang tertular Covid-19 dan sudah sembuh bisa terinfeksi lagi. Varian Omicron tampaknya memiliki jumlah mutasi yang tinggi, yakni sekitar 30 lonjakan spike protein virus corona yang dapat mempengaruhi seberapa mudah virus itu menyebar ke manusia.

Sharon Peacock yang memimpin pengurutan genetik Covid-19 di Universitas Cambridge, Inggris, mengatakan, sejauh ini data menunjukkan varian Omicron memiliki mutasi dengan peningkatan transmisibilitas. Namun, ia mengatakan bahwa signifikansi banyak mutasi yang masih belum diketahui. 

"Kami tidak tahu apakah varian Omicron bisa mendapatkan tumpuan di wilayah di mana Delta berada. Juga tidak mengetahui seberapa baik varian ini akan melakukannya di mana ada varian lain yang beredar," kata Peacock.

Peacock mengatakan, varian ini mungkin telah berevolusi pada seseorang yang telah terinfeksi tetapi kemudian tidak dapat membersihkan virus, kemudian memberikan virus kesempatan untuk berevolusi secara genetik. Skenario ini mirip dengan bagaimana para ahli berpikir varian alfa yang pertama kali diidentifikasi di Inggris juga muncul dan bermurasi pada orang yang kekebalannya terganggu.

Sementara, Lawrence Young, seorang ahli virologi di Universitas Warwick, menggambarkan Omicron sebagai versi virus yang paling banyak bermutasi dari yang pernah dilihatnya. Hal ini termasuk perubahan yang berpotensi mengkhawatirkan yang belum pernah terlihat sebelumnya pada virus yang sama.

Para ilmuwan mengetahui bahwa Omicron secara genetik berbeda dari varian sebelumnya, termasuk varian Beta dan Delta. Namun, ilmuwan tidak mengetahui terkait perubahan genetik yang membuatnya lebih menular atau berbahaya. Sejauh ini, belum ada indikasi varian Omicron menyebakan penyakit yang lebih parah. Kemungkinan akan memakan waktu beberapa pekan untuk memilah, apakah Omicron lebih menular dan apakah vaksin masih efektif untuk melawannya.

Baca juga : Menkeu: Pengalaman Covid Delta Jadi Bekal Hadapi Omicron

Peter Openshaw, seorang profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London mengatakan, sangat tidak mungkin bahwa vaksin yang ada saat ini tidak akan berfungsi. Ia mencatat bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini efektif terhadap banyak varian lainnya.

Meskipun beberapa perubahan genetik pada Omicron tampak mengkhawatirkan, tetapi masih belum pasti akan menimbulkan ancaman kesehatan bagi masyarakat. Beberapa varian sebelumnya, seperti varian Beta, awalnya membuat khawatir para ilmuwan, tetapi tak menyebar terlalu jauh.

Hingga saat ini, Delta masih menjadi varian Covid-19 yang paling dominan. Ini terhitung lebih dari 99 persen dari urutan yang dikirimkan ke database publik terbesar di dunia.

Virus corona bermutasi saat menyebar dan banyak varian baru, termasuk yang memiliki perubahan genetik yang mengkhawatirkan, seringkali mati begitu saja. Para ilmuwan mrmantau urutan mutasi Covid-19 yang dapat membuat penyakit yang lebih menular atau mematikan. Tetapi mereka tidak dapat menentukannya hanya dengan melihat virusnya.

Baca juga : Pakar Italia Rilis Gambar Pertama Penampakan Varian Omicron

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler