Studi Awal Temukan Omicron Sebabkan Gejala Ringan
Beberapa pasien positif Omicron memiliki gejala berbeda dengan varian Delta.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Nawir Arsyad Akbar
Varian baru Covid-19, yakni omicron atau B.1.1.529, bisa menyerang siapa saja, termasuk kaum muda. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama, merujuk studi awal varian ini, mengatakan keluhan infeksinya bisa lebih ringan dibanding kelompok usia lainnya.
Tjandra mengatakan, Rabu (1/12), dari laporan awal studi menunjukkan kaum muda cenderung keluhannya lebih ringan, tapi kepastian dampak berat varian omicron baru akan ada dalam beberapa hari atau minggu ke depan. Menurut Tjandra yang pernah menjabat sebagai direktur WHO Asia Tenggara, semua varian Covid-19 sejauh ini dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian, terutama pada kelompok rentan, seperti lansia, komorbid, gangguan imunitas, dan lainnya.
Masyarakat disarankan tetap waspada dan melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan 3M dan vaksinasi ditambah upaya 3T dari pemerintah. Lebih perinci lagi, disarankan tetap menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain, memakai masker yang pas, membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi, menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, menjaga tangan tetap bersih, menerapkan etika batuk atau bersin ke siku atau tisu.
Terkait keluhan akibat infeksi, dokter di Midrand, Johannesburg, Unben Pillay, dalam briefing yang diadakan Departemen Kesehatan Afrika Selatan pada Senin (29/11) berpendapat, pasien umumnya mengalami gejala ringan. Yaitu, batuk kering, demam, keringat pada malam hari, dan nyeri tubuh.
"Orang yang divaksinasi cenderung lebih baik (kondisinya)," kata dia, seperti dilansir dari the Guardian.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee, menuturkan, ada tujuh pasien di kliniknya yang memiliki gejala berbeda dari varian delta. Pasien merasakan kelelahan yang luar biasa, ditambah nyeri otot ringan, tenggorokan gatal, dan batuk kering.
Coetzee sudah melihat pasien dengan gejala tersebut sejak pertengahan November lalu, yang menurut dia relatif berbeda dari tipikal Covid-19. Menurut dia, gejala ini dialami seorang pasien laki-laki berusia sekitar 33 tahun.
Sang pasien berkata padanya sangat lelah selama beberapa hari terakhir dan merasakan sakit dan nyeri di tubuhnya dengan sedikit sakit kepala. Alih-alih sakit tenggorokan, pasien pertama Coetzee itu merasa tenggorokannya gatal, tetapi tidak batuk atau kehilangan indra perasa atau penciuman.
Hasil tes menunjukkan dia dan keluarganya positif Covid-19. Meskipun mungkin diperlukan beberapa minggu sebelum hadirnya jawaban pasti mengenai sifat ancaman yang ditimbulkan omicron, bukti awal memperlihatkan vaksin menawarkan setidaknya beberapa perlindungan.
WHO masih mempelajari dampak potensial varian terhadap vaksin. Kendati begitu, menurut WHO, vaksin tetap penting untuk mengurangi risiko keparahan penyakit dan kematian, termasuk melawan varian dominan yang beredar saat ini seperti delta.
Dokter dari National Institute for Communicable Diseases Wassila Jassat mengatakan, kasus ini terjadi pada 87 persen pasien di rumah sakit kota Tshwane, Afrika Selatan, lokasi omicron terdeteksi termasuk mereka yang tidak divaksinasi. Berdasarkan usia pasien, Kepala Unit Intensif di Chris Hani Baragwanath, Soweto, Rudo Mathivha mengungkapkan orang-orang muda, yakni berusia 20 tahunan hingga akhir 30 tahunan dirawat dengan penyakit sedang hingga berat dan beberapa membutuhkan perawatan intensif.
"Sekitar 65 persen belum divaksinasi dan sebagian besar sisanya hanya setengah divaksinasi (satu dosis)," ujar dia.
Terkait kemungkinan infeksi ulang, data awal memperlihatkan, infeksi varian omicron meningkatkan risiko infeksi ulangan, yakni seseorang yang sudah sakit dan sembuh kemudian jatuh sakit lagi. Kemudian mengenai penularan, hingga kini belum jelas apakah varian ini memang lebih mudah menular dibanding varian lain, termasuk delta.
Namun, jumlah orang yang positif varian ini terus meningkat di Afrika Selatan dan perlu studi epidemiologi mendalam. Kemudian, terkait efektivitas pengobatan, sesuai dengan Pedoman Pengobatan WHO tanggal 24 November 2021, kortikosteroid dan IL6 Receptor Blockers masih tetap efektif untuk menangani pasien Covid-19 yang berat dan parah. Walau begitu, perlu analisis lebih lanjut tentang kemungkinan dampaknya pada varian omicron.
Varian omicron atau B.1.1.529 pertama kali terkonfirmasi pada 9 November 2021. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengelompokkan omicron sebagai variant of concern (VOC) atau kelompok kewaspadaan tertinggi pada 26 November lalu berdasarkan rekomendasi WHO's Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution (TAG-VE).
Hal ini didasarkan pada pertimbangan banyaknya mutasi yang terjadi. Pakar menyebut 30-50 di spike protein dan ini termasuk mutasi terbanyak virus Covid-19 selama ini. Sebagian mutasinya juga baru.
Penetapan VOC pada omicron ini berjarak 17 hari sejak ditemukanya varian. Berbeda dengan varian delta yang pertama dilaporkan pada Oktober 2020 dan baru enam bulan kemudian dinyatakan sebagai VOI. Pada 11 Mei 2021 WHO baru mengklasifikasikannya sebagai VOC.
Selain di beberapa negara Afrika, varian ini juga sudah dilaporkan muncul di Belgia, Hong Kong, dan semakin banyak negara memberlakukan aturan restriksi khusus bagi masuknya orang asing dari negara terjangkit, seperti Inggris, Uni Eropa, Singapura, Jepang, Malaysia, Filipina, Israel, Tukri, Mesir, Saudi Arabia, Bahrain, Yordania, Amerika Serikat, dan Kanada.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah saat ini sudah menetapkan daftar 11 negara yang dilarang masuk ke Indonesia untuk mencegah penyebaran varian omicron. Namun, ia mengungkap jumlah tersebut berpotensi bertambah karena melihat perkembangannya saat ini.
"Jumlah ini bisa meningkat dari hari ke hari kami memantau negara mana saja yang ada indikasi terpapar omicron, maka negara tersebut akan dimasukkan ke dalam kualifikasi dilarang," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Rabu (1/12).
Saat ini, pemerintah telah melarang 11 negara masuk ke Indonesia, yakni Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, dan Mozambik. Serta, Eswatini, Malawi, Angola, Zambia, dan Hong Kong. "Indikasinya adalah omicron adalah satu varian yang gampang menularkan, bahayanya lagi diukur. Oleh karena itu, kita juga melakukan pengetatan kedatangan internasional," ujar Budi.
Pelarangan berlaku bagi warga negara asing (WNA) yang memiliki sejarah pernah berkunjung ke 11 negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari. Adapun bagi warga negara Indonesia, mereka harus menjalani karantina selama 14 hari.
"Sedangkan, perjalanan internasional selain negara-negara tersebut, yang selama ini (karantina) tiga hari, kita naikkan menjadi tujuh hari," ujar Budi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya meningkatkan kewaspadaannya terhadap varian Covid-19 baru yang muncul di sejumlah negara, yakni varian omicron. Ia mengatakan, pemerintah perlu menyiapkan langkah antisipasi dan mitigasi sedini mungkin sehingga varian ini tidak mengganggu kesinambungan program reformasi struktural yang tengah dilakukan serta program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional).
Ia mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Pada 2022 nanti pandemi masih akan menjadi ancaman bagi dunia, termasuk Indonesia. Salah satu langkah yang perlu disiapkan pemerintah yakni dengan merancang APBN 2022 yang lebih responsif, antisipatif, fleksibel, dan inovatif dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi.
“Tahun 2022 kita harus tetap mempersiapkan diri menghadapi risiko pandemi Covid yang masih membayangi dunia dan negara kita Indonesia. Ketidakpastian di bidang kesehatan dan ekonomi harus menjadi basis kita dalam membuat perencanaan dan melaksanakan program,” ujarnya.